ITS News

Sabtu, 28 September 2024
22 Februari 2007, 08:02

Buka SMART Lewat Diskusi Poso

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tragedi poso, yang sempat menggemparkan dunia internasional ini, sampai sekarang masih menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana peristiwa itu bisa terjadi dan masalah apa yang menjadi ujung tombak nya? Hal inilah yang melatar-belakangi JMMI menggelar diskusi publik ‘Tragedi Poso’, Senin (19/2), di gedung Pasca Sarjana. Mendatangkan pembicara dari pelaku dan pers. Dari kacamata pelaku, menghadirkan ketua departemen data dan informasi Majelis Mujahidin Indonesia, Fauzan Al Anshari, sedangkan dari sisi pers adalah redaktur Jawa Pos, Suprianto.

Dalam penjelasannya, Suprianto mengatakan bahwa salah satu penyebab kerusuhan Poso adalah faktor demografi yaitu komposisi agama dan suku.”Komposisi agama islam dan kristen relatif seimbang, sehingga rentan konflik SARA. Padahal awalnya karena konflik yang disebabkan pemuda yang mabuk, bukan karena agama,” tandasnya. Namun, lanjut pria yang akrab disapa Supri ini, karena adanya kecemburuan sosial terhadap warga mayoritas pendatang baru yang notabene kaum muslim, maka terjadilah konflik.

Menurut Supri lagi, Tragedi Poso merupakan potret ketidakadilan. ”Tidak adil, karena yang dihukum adalah mereka yang melakukan sesudah perjanjian Deklama. Kebetulan sesudah Deklama, mereka yang terlibat mayoritas kaum muslim yang menuntut kematian seluruh anggota keluarganya,” komentar Supri. Seharusnya, kata Supri lagi, penjahat sebelum Deklama juga harus dihukum. ”Jika pelaku sesudah Deklama dihukum, maka yang sebelum Deklama pun harus dihukum. Pemerintah harus adil terhadap ini. Karena tragedi sebelum Deklama terkait erat dan melatar belakangi kejadian sesudahnya, tak bisa dipisahkan,” tandas mantan Reporter Jawa pos ini.

Diskusi publik ini mengundang peserta dari seluruh perwakilan LDJ (lembaga dakwah jurusan) dan kahima se-ITS. Menurut Pandu Setiawan, salah satu panita, menuturkan tujuan digelar acara ini adalah memberikan wacana kepada mahasiswa dan masyarakat agar mereka menyadari banyak saudara yang masih memerlukan uluran tangan. ”Yaitu saudara kita yang ada di poso terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia yang mereka terima,” ungkap mahasiswa Teknik Sipil ITS ini.

Sedangkan hasil yang ingin dicapai, Pandu pun menjelaskan. "Kami mengharap mahasiswa ITS mengetahui akar masalah tragedi Poso dan dalam jiwa mereka tumbuh rasa empati terhadap saudara kita disana,” pungkas pandu menutup wawancara. (th@/@nx)

Berita Terkait