Tidak hanya di setiap tempat kita bisa menemukan orang menghisap rokok. Melainkan hampir setiap orang juga sudah ”terhipnotis” untuk menkonsumsinya. Berbagai usia, mulai dari orang tua hingga anak-anak telah terbiasa menghisapnya. Kaya dan miskin, semua bisa mendapatkan di mana saja dengan harga yang tidak seberapa per batangnya. Bukan saja kaum terbelakang, banyak kaum intelektual yang menghabiskan berbatang-batang rokok dalam sehari. Inilah bukti keberhasilan pemasaran para industri rokok. Sebuah bukti bahwa barang yang dinyatakan beracun ini telah menjadi bagian keseharian yang mesti dikonsumsi.
Bagi para perokok, merokok merupakan sesuatu yang nikmat malah kadang bermanfaat. Namun itu hanyalah sementara dan tidak sebanding dengan bahaya yang ditimbulkan. Hal inilah yang coba dimanfaatkan para industri rokok. Peringatan ”Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin” yang selalu dicantumkan bukanlah masalah bagi industri rokok karena mereka tau hal itu tidak terlalu berpengaruh pada konsumen. Konsumen terlanjur candu, pun tidak ada bukti nyata di sekitar mereka kebenaran peringatan tersebut. Wajar jika industri rokok semakin gencar melaksanakan aksi promosinya. Hal yang mereka lakukan adalah lebih meyakinkan lagi kepada konsumen bahwa rokok sebenarnya benda yang bermanfaat.
Sebagai contoh adalah musik dan olahraga. Musik sebagai suatu seni tarik suara yang mengeksplor bakat dan kreativitas semestinya terbebas dari hal-hal berbau rokok. Begitu pula olahraga, hampir semua perhelatan olahraga di negri ini mendapatkan sponsor dari rokok. Ironis sekali ketika sesuatu yang dapat menyehatkan mendapat dukungan dari hal yang bisa merusak kesehatan. Hal ini bukan saja mencitrakan bahwa rokok juga menyehatkan, tetapi juga terdapat dukungan dari olahraga bahwa rokok adalah barang yang tidak berbahaya. Inilah bentuk marketing baru yang hebat dan terbukti efektif dalam meyakinkan konsumen dan sepertinya mereka telah berhasil.
Setelah menguasai ranah olahraga nasional, sepertinya rokok memperluas pemasarannya kepada para civitas akademika. Sekolah ataupun kampus yang merupakan salah satu kawasan bebas rokok ternyata sangat mudah sekali dijadikan tempat mempromosikan rokok. Bahkan beberapa hari lalu, saya melihat A Mild dengan leluasanya berkeliaran di salah satu jurusan ITS untuk menjual dagangannya. Hal yang lebih memalukan adalah nrimonya (sikap menerima, red) mahasiswa, karyawan, dan dosen yang ada di jurusan tersebut. Tanya kenapa? Kawasan bebas rokok bisa disusupi penjaja rokok. Ditambah dengan dimintanya rokok untuk menjadi sponsor dalam beberapa kegiatan dalam kampus. Pelanggaran telah dilakukan dan aturan hanya menjadi pajangan.
Itulah strategi modern para pemasar rokok. Berdalih Corporate Social Resposibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap masyarakat, justru di sinilah promosi mereka. Dengan citra yang baik maka penjualan pun akan meningkat. Selamat kepada industri rokok yang telah berhasil membodohi masyarakat. Kepada anda yang masih bergelut dengan rokok berarti anda telah berhasil dibodohi.
Emal Zain MTB
Journalis ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi