ITS News

Sabtu, 28 September 2024
16 Maret 2007, 12:03

ITS Uji Coba Kapal Kalimas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kapal yang pembuatannya didanai TPSDP (Technological and Professional Skills Development Project) Jurusan Teknik Permesinan Kapal tersebut dirancang khusus untuk kepentingan wisata air tenang. "Kami berencana untuk wisata Kalimas," jelas Wiwik.

Kapal yang dia kerjakan itu dibuat dari bahan ferosemen menggunakan campuran mortar semen, polipropilen, dan fly ash. Sama sekali tak ada bahan kayu. Pemilihan ferosemen untuk aplikasi material lambung kapal sebenarnya sudah bukan hal baru. Wiwik menjelaskan, sebagian negara maju sudah menggunakan bahan tersebut.

"Di sini kurang berkembang karena ada anggapan di masyarakat, batu kok dijadikan kapal atau perahu untuk mengambang di air," ungkap Wiwik yang dalam pengerjaan dibantu dua mahasiswanya itu.

Panjang kapal hibrida ferosemen mencapai 3, 92 meter dengan lebar 1, 4 meter. Tersedia empat kursi untuk empat penumpang. "Beratnya 386 kilogram dan mampu mengangkut 200 kilogram," ujarnya.

Untuk membuat kapal tersebut, Wiwik menghabiskan tiga karung ferosemen kelas satu. Untuk membuat kapal lebih kedap dan melindungi dari korosi, ditambahkan bahan fly ash dari limbah PLTU Paiton. Lantaran tak berbahan dasar kayu, kapal ferosemen jauh lebih hemat biaya produksi. Total biaya produksi hanya Rp 4 juta, termasuk material dan tenaga kerja.

"Kapal ferosemen lebih hemat sampai 50 persen dibanding kapal fiber. Dibanding kapal kayu pun masih lebih hemat 30 persen," katanya.

Hanya, sejauh ini, dia masih mengalami kendala dalam penyatuan serat polipropilen dengan semen dan fly ash. Serat yang menyatu dalam pembuatan kapal tersebut hanya 1,5 persen. "Padahal, jika persentasenya lebih besar, kapal itu akan makin kuat dan kedap air," tegasnya.

Karena itu, sampai saat ini, dia masih terus memperbaiki. "Saya juga mencari serat lain yang lebih baik," katanya.

Kapal kedua yang juga berhasil diujicobakan kemarin adalah kapal bertenaga surya buatan Sudiyono. Selama empat bulan, Sudiyono mengerjakan kapal dibantu rekannya, Bambang Antoko ST MT, dan enam mahasiswa.

Dosen kelahiran Banyuwangi, 4 Oktober 1969, itu melihat kondisi dan cuaca Surabaya yang sangat mendukung "bahan bakar" kapalnya. "Kapal bertenaga surya berjalan sangat lambat, cocok untuk perairan tenang. Misalnya, Kalimas," jelasnya.

Tiga elemen penting dalam kapalnya adalah fiber glass, baterai atau aki, serta solar cell. Waktu pengisian baterai dari solar cell adalah 7,4 jam pada kondisi baterai kosong. Terdapat empat baterai di kapal itu. "Dua dipakai dan dua untuk cadangan. Masing-masing berkekuatan 12 volt 40 ampere hour," ungkapnya.

Panjang kapal 3,48 meter; lebar 1,38 meter; dan tinggi 0,27 meter. "Kapal wisata itu dirancang untuk dua penumpang dan seorang nakhoda," katanya.

Total dana yang dihabiskan untuk membuat kapal itu mencapai Rp 30 juta. "Kapal tersebut jelas ramah lingkungan karena berbahan bakar panas matahari," tegasnya.

Sesuai pengukuran yang telah dilakukan Sudiyono, solar cell yang diletakkan di bagian atap kapal menghasilkan efisiensi 80 persen. "Cukup untuk menjalankan kapal lebih dari delapan jam," ujarnya. (ara)

Berita Terkait