ITS News

Sabtu, 28 September 2024
29 April 2007, 08:04

Dewan Juri KRI-KRCI Simulasikan Pertandingan Sesungguhnya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Demikian diungkapkan Ketua Dewan Juri Dr Ir Endra Pitowarno MEng, dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)-ITS, di kampusnya kemarin (28/4), usai mengadakan rapat berkait tata aturan dalam pelaksanaan yang akan diterapkan pada KRI-KRCI 2007. ”Berbagai tata aturan pada pelaksanaan KRI-KRCI yang telah diputuskan hari ini bersifat final dan tidak akan mengalami perubahan lagi, ini agar tim robot yang maju ke babak final bisa berkonsentrasi untuk menyiapkan berbagai strategi pada robotnya,” katanya.

Sedang simulasi yang telah dilakukan, katanya, untuk menghitung kebutuhan waktu sesungguhnya untuk menyelesaikan berbagai pertandingan di putaran final. “Ini perlu agar pelaksanannya tidak molor, karena itu simulasi yang kami lakukan kali ini sesungghnya telah mencoba menkondisikan bagaimana pertandingan dan keadaan di lapangan pada putaran final nanti,” katanya.

Mengenai halangan yang akan diberikan pun telah diputuskan dewan juri. Halangan-halangan ini berbeda untuk masing-masing kontes. "Untuk KRCI, kami akan menyerakkan karang guna mengganjal laju robot," ungkap Endra. Karang tersebut berbentuk pensil. “Jangan sampai mengenai pensil apabila tak ingin ada masalah,” ungkap dosen yang rajin menulis buku itu.

Diungkapkannya, serakan karang itu tergolong halangan pilihan. Artinya, finalis bebas menentukan. Apabila mereka mengambil halangan itu dan berhasil melampauinya, maka akan mendapat bonus nilai. Begitu juga sebaliknya apabila robot gagal melampaui halangan.

Halangan kedua yang bisa dipasang di lapangan KRCI adalah sound dumper (peredam suara) dan kaca. Kedua benda tersebut potensial untuk menganggu gelombang ultrasonik dan cahaya. Sifatnya wajib. ”Karena rata-rata robot menggunakan dua sensor tersebut,” sambungnya.

Dikatakan Endra, berbagai halangan itu bertujuan membuat robot makin pintar dan memiliki banyak strategi. Juri berharap, bila ada yang benar-benar bagus, dapat dikirim sebagai wakil negara dalam ajang fire fighting home robot contest di negeri Paman Sam itu, karena berbagai halangan itu sesungguhnya merupakan adopsi dari apa yang selama ini diterapkan di AS.

Bagaimana dengan KRI? Pada KRI, terdapat zona yang tidak boleh dimasuki lawan, terutama robot penghalang (blocker) selama 30 menit pertama pertandingan. ”Kami belajar dari pengalaman. Karena saat maju ke babak final di Malaysia tahun lalu, robot-robot Indonesia terlalu sopan,” ungkap pria kelahiran Bondowoso tersebut.

Sopan yang dimaksud Endra adalah gerak dan strategi robot yang dinilai kurang liar. ”Padahal lawan sudah menggunakan strategi yang beragam, layaknya permainan bola, banyak trik digunakan,” katanya.

Tentu, trik yang dimaksud berbeda dengan permainan kotor. Endra justru berharap robot yang muncul sebagai pemenang nanti adalah robot penuh trik yang cerdas. ”Pandai main taktik. Misalnya menggusur kedudukan balok tertinggi lawan, atau hal lain yang membuat lawan tak dapat nilai. Tapi konsekensinya robot ini jika tidak melakukannya dengan sempurna akan mendapatkan pengurangan nilai,” katanya. (humas/asa)

Berita Terkait