ITS News

Sabtu, 28 September 2024
02 Mei 2007, 10:05

Kembangkan Bahan Bakar Alternatif, Raih Hibah Rp 15,3 M

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Demikian disampaikan Dr Ir Triyogi Yuwono DEA, koordinator Tim Task Force I-Mhere ITS, Selasa (1/5) siang. Dikatakannya, I-Mhere kompenen B-1 merupakan hibah kedua yang dimenangi ITS dari Bank Dunia. Tahun lalu, kampus tersebut memperoleh subkomponen B-2 (Penguatan Panajemen Institusional) senilai Rp 5 miliar. Pada 1999, ITS juga memperoleh hibah terbesar dari Bank Dunia senilai 2 juta dollar AS untuk Program Quality for Undergraduate Education.

“Ada dua jurusan yang turut aktif menyukseskan program peningkatan energi, masing-masing Jurusan Teknik Mesin dan Teknik Kimia. Kami berharap lulusan dari kedua jurusan itu nanti mampu lebih banyak menyerap ilmu mengenai energi. Saat ini, energi telah menjadi permasalahan global,” kata Triyogi yang juga Dekan Fakultas Teknologi Industri ini.

Dikatakannya, mahasiswa di kedua jurusan itu akan diberi berbagai pengayaan melalui mata kuliah, termasuk manajemen energi dan biofuel. “ITS juga akan memperbaiki laboratorium yang mendukung itu,” katanya.

Selain berkonsentrasi pada pembenahan sumber daya manusia (SDM), dana I-Mhere menuntut ITS untuk mengabdi kepada masyarakat, melalui community development program, tentu, katanya, apa yang diberikan ITS untuk masyarakat itu terkait dengan peningkatan kualitas energi.

ITS bersiap membuat mesin-mesin pembuat biofuel atau bahan bakar alami dari pohon jarak. Triyogi menyatakan, ITS akan mulai membuat mesin-mesin penggiling jarak berskala kecil. “Kami akan terus meningkatkan. Ke depan, kami bekerja sama dengan beberapa pemerintah daerah,” ungkap Triyogi.

Setelah mesin-mesin penggiling jarak berjalan, energi atau bahan bakar alternatif bisa dimanfaatkan secara baik. Jamak diketahui, kata Triyogi, saat ini masalah menipisnya persediaan bahan bakar sedang menjadi perhatian dunia.

Bukan hanya urusan energi, ITS juga akan menyisihkan sebagian dana kompetisi tersebut untuk membantu calon-calon mahasiswa di seluruh Indonesia. ”Kami berharap dana itu bisa menyokong program PMDK (penelusuran minat dan kemampuan, Red) bagi mereka yang berekonomi lemah dan calon mahasiswa luar Jawa,” terang dosen Teknik Mesin ini.

”Semua siap kami lakukan. Minggu ini kami, bertemu Bank Dunia untuk bernegosiasi mengenai program yang kami susun. Mungkin juga ada pembicaraan soal angka hibah. Pencairan dana diperkirakan mulai Juli mendatang dan dilakukan secara bertahap selama 3,5 tahun,” katanya. (Humas/rif)

Berita Terkait