ITS News

Jumat, 27 September 2024
27 Mei 2007, 08:05

Wirausaha, Modal Terbatas Bukan Masalah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mau ke mana setelah lulus? Bekerja dulu baru wirausaha, menjadi karyawan profesional, atau langsung berwirausaha? Dari sekian banyak peserta Technopreneurship Workshop HMTC ternyata mayoritas dari mereka lebih suka memilih bekerja dulu baru wirausaha. Hanya 21,2% yang berani memilih langsung berwirausaha, jauh lebih sedikit dari pilihan pertama yang berjumlah 48,5%.

Banyak alasannya mengapa mereka tak berani berwirausaha setelah lulus. Mulai dari keterbatasan modal, kemampuan bisnis yang kurang, kurangnya ide bisnis yang inovatif, persaingan bisnis hingga masalah tantangan dari keluarga. Namun dari sekian banyak alasan ternyata keterbatasan modal menjadi kendala utama.

Padahal, terang Sulistyanto, masalah wirausaha bukanlah terletak pada kita punya modal atau tidak, tapi lebih pada bagaimana semangat kita."The way of life yang kita miliki itulah penentunya. Kalau di awal saja kita sudah KO (Knock-Out) kapan kita bisa wirausaha?" tutur Sulistyanto dengan bersemangat.

Di tengah kondisi masyarakat dengan daya jual yang rendah seperti saat ini, lanjut Sulistyanto, mahasiswa lulusan perguruan tinggi (PT) hendaknya harus mampu menunjukkan kiprahnya."Mereka harus menjadi salah satu kunci penyelesaian masalah.  Bukankah dengan berhasil masuk ke PT seperti ITS ini membuktikan bahwa mereka luar biasa? Mestinya setelah lulus mereka harus lebih luar biasa lagi," ungkap Sulistyanto.

Menanggapi tentang minimnya minat mahasiswa akan wirausaha setelah lulus Sulistyanto merasa itu hal wajar, tapi juga memprihatinkan."Ini memang penyakit kita sejak dulu," ujarnya.

Bahkan, dari prosentase 21,2% yang memilih wirausaha, Sulistyanto sendiri masih ragu apakah mereka benar-benar memilih wirausaha atau main-main."Biasanya dari 21,2% persen ini yang benar-benar jadi itu cuma separuhnya. Ukuran separuh itu pun masih termasuk bagus sekali," jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut Sulistyanto, agar hasil yang diperoleh lebih dari separuhnya maka perlu adanya penanaman jiwa-jiwa wirausaha, dan harus dipantau."Istilahnya kita harus melakukan brain wash atau brain storming. Diharapkan dari usaha tersebut nantinya penyakit-penyakit yang membuat orang merasa gagal dapat dihilangkan," tutur Sulistyanto.

Technopreneurship Workshop HMTC yang diselenggarakan selama dua hari ini selain memberikan wawasan seputar wirausaha dan enterpreurship, juga melatih bagaimana seseorang harus memulai dan mengelola sebuah usaha. Bahkan di akhir workshop peserta diharuskan membuat sebuah plan project wirausaha yang mungkin bisa segera diwujudkan.

Tentang penamaan Technopreneurship itu sendiri, Adhatus Solichah, ketua panitia workshop, menjelaskan bahwa sebenarnya istilah tersebut berasal dari kata technology dan enterpreneurship. Mengapa Technopreneurship?"Karena kita berbasiskan IT, maka dengan ini kita ingin mengenalkan sebuah wawasan wirausaha namun dengan IT sebagai dasarnya. Namun, bukan berarti wirausahanya harus di bidang IT," tukas mahasiswi Teknik Informatika 2004 ini.

Selain mengundang Sulistyanto Suyoso, Technopreneurship Workshop ini juga menghadirkan Guntar, Kahima HMTC periode 2000/2001 yang kini menjadi trainer di BLOOM! Training Laboratory.(f@y/asa)

Berita Terkait