ITS News

Sabtu, 28 September 2024
09 Juni 2007, 16:06

KRI-KRCI 2007 Dibuka Menkominfo

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dr Ir Titon Dutono MEng, Ketua Pelaksana KRI-KRCI 2007, dalam sambutannya menegaskan bahwa hal di atas menunjukkan makin tingginya animo peserta untuk mengikuti lomba kontes robot. Ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah proposal yang masuk ke Dirgen Pendidikan Tinggi (DIKTI)."Pada tahun 2004 hanya ada sekitar sembilan puluh proposal yang masuk. Namun, untuk tahun 2007 ini ada 158 proposal untuk KRI dan 201 proposal KRCI," tegas Titon.

Tak hanya dari segi jumlah peserta, menurut Titon, kemajuan signifikan juga terjadi pada sisi kinerja robot-robot yang dilombakan."Kemajuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa-mahasiswa kita akan ilmu robotika makin meningkat. Dan tentu implikasinya menjadikan kontes robot ini makin menarik untuk ditonton," ungkapnya.

Secara resmi KRI-KRCI tahun ini dibuka Menkominfo, Prof Mohammad Nuh DEA. Dalam sambutannya mantan rektor ITS ini mengatakan, ada enam nilai yang terdapat dalam pelaksanaan KRI-KRCI. Nilai-nilai itu pertama, dimana para peserta dituntut untuk mengenal persoalan dengan baik. Ini dilihat dari aturan-aturan yang diberikan oleh panitia penyelenggara. “Nilai kedua nilai dimana peserta dituntut untuk bias merancang desain dari persoalan yang telah diketahuinya. Tentu bukan sekadar bias merancang, tapi apakah hasil rancangannya itu masuk akal atau tidak,” katanya.

Ketiga, kata Nuh, bagaimana para peserta bisa merealisasikan rancangan desainnya dengan baik. Keempat, mengatur strategi dengan baik untuk bisa memenangkan pertandingan. “Meski rancangan baik tapi jika tidak disertai dengan strategi yang baik pula, maka tidak akan memenangkan pertandingan,” katanya.

Nilai kelima berkait dengan entertainment, dan keenam, nilai sportivitas dari para peserta. “Selama ini tidak ada kompetisi keilmuan yang begitu gegap gempita kecuali KRI-KRCI. Saya belum pernah melihat olimipade matematika atau fisika dengan entertainment, sehingga menggundang banyak penonton seperti ini,” katanya.

Sedang sportivitas, kata mantan Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS ini, merupakan kunci terpenting dari semua nilai yang ada dan menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki para peserta. “Buat apa tampil sebagai juara jika dilakukan dengan cara-cara yang tidak terpuji. Karena itu sportivitas menjadi sangat mahal dalam serangkaian kegiatan KRI-KRCI ini,” katanya.

Sisi menarik dari KRI-KRCI ini ternyata oleh Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA juga dianggap sebagai salah satu nilai istemewa dari KRI-KRCI, Nuh menyebutnya sebagai nilai entertainment.

Menurut Nuh, tak ada perhelatan bidang akademik yang penontonnya semeriah kontes robot. Menonton kontes robot memang berbeda dengan menonton olimpiade matematika atau pun lomba fisika."Kalau menonton olimpiade Matematika ibaratnya seperti orang menonton catur, serba serius," tutur Nuh disambut tawa penonton.

Nuh Usulkan KRI-KRCI ke Depan dengan Sistem Zoning

Hal itu dikatakan Mohammad Nuh kepada wartawan disela-sela pembukaan KRI-KRCI di Graha ITS. Dikatakanya, melalui sistem zoning, selain penyebaran teknologi robotika makin merata, juga pembiyaan dari pemerintah pusat bisa lebih ditekan. "Dengan sistem ini gairah robotika di daerah akan makain hidup. Pemenang di masing-masing zona itulah yang nantinya dikirim ke tingkat nasional," jelas Nuh.

Usulan yang disampaikan Nuh itu berkait pula dengan makin banyaknya peserta dari tahun ketahun. Kalau makin banyak dan itu tidak diakomodasi serta diwadahi, maka bisa menurunkan gairah mereka yang kini sedang bangkit di bidang robotika. "Untuk itu ke depan pemerintah memang harus makin sering melakukan pelatihan-pelatihan robotika di daerah-derah yang akan dijadikan zonasi kontes," katanya.

Nuh yang mengaku mengikuti terus menerus pelaksanaan KRI-KRCI sebagai hobi menilai, dari tahun ke tahun kualitas peserta terus meningkat. "Tahun ini kekuatan tim di putaran boleh dibilang merata dan mengalami peningkatan. Kalau tahun-tahun sebelumnya masih ada robot ketika turun di lapangan tidak bisa bergerak, kini semuanya sudah bergerak. Hanya saja robot otomatisnya masih banyak yang perlu dibenahi, karena masih banyak yang belum sempurna dalam manuver gerakannya" katanya. (Humas/f@y/jie)

Berita Terkait