ITS News

Sabtu, 28 September 2024
18 Juni 2007, 10:06

Perlunya Pengembangan Panas Bumi Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ada banyak hal yang menurut Alimin Ginting mendorong perlunya pengembangan energi panas bumi. Salah satunya adalah semakin berkurangnya persediaan minyak, sehingga diperlukan bahan bakar lain. Salah satu bahan bakar yang berpotensi besar adalah energi panas bumi dimana Indonesia memiliki banyak titik yang berpotensi untuk dijadikan pembangkit listrik.

Meski memiliki potensi yang cukup besar, namun Indonesia belum memanfaatkannya dengan maksimal. ”Saat ini pemanfaatannya hanya sebesar 800 Mega Watt. Untuk kedepannya ditargetkan kapasitas ini agar bisa naik menjadi 2700 Mega Watt,” ungkapnya. Ginting mencotohkan pemanfaatan panas bumi yang sudah dilakukan, salah satunya di Derajat, Jawa Barat.

Pendorong utama pentingnya pemanfaatan energi panas bumi ini adalah kondisi semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Bahkan menurut Ginting, negara-negara di Eropa sudah melakukan banyak investasi dan penelitian untuk mengembangkan energi ini.

Menjawab pertanyaan salah satu peserta, Ginting menegaskan bahwa energi panas bumi adalah energi yang terbaharui (renewable). Yakni bila aliran gas yang dikeluarkan sumur, dapat di-injeksikan kembali. ”Panas bumi ini renewable, tentunya bila di-manage dengan baik,” terangnya.

Perkembangan industri dan pengolahan panas bumi sendiri sudah menunjukkan hasil. ”Di tahun 2010 nanti kita akan menjadi tuan rumah World Geothermal Congres ke-empat, ” papar Ginting tentang salah satu pencapaian Indonesia di bidang panas bumi.

Untuk pengembangan energi tersebut menurut Ginting, juga diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. ”Tanpa SDM tidak mungkin pengembangan bisa dilakukan. Disini lah peranan perguruan tinggi diperlukan,” terangnya.

Selain membagi pengetahuan tentang pengolahan panas bumi di Indonesia, general lecture ini juga memberikan gambaran tentang dunia kerja di perusahaan energi. Puluhan peserta general lecture ini juga bersemangat menanyakan tentang situsai kerja, kemampuan yang harus dimiliki hingga kisaran gaji di industri energi ini.

Sebelum Alimin Ginting, general lecture ini juga menghadirkan pembicara lain, antara lain adalah dosen Geofisika Dr Ir Widya Utama DEA dan David Newel, praktisi dari Chevron. Dan setelah seminar, diadakan diskusi panel dan workshop di Gedung Perpustakaan ITS. (rif/ftr)

Berita Terkait