ITS News

Sabtu, 28 September 2024
02 Juli 2007, 13:07

Newbie Linux Jadi Pustakawan Berprestasi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Berbekal pengalaman sebagai seorang yang baru berkecimpung di sistem operasi Linux (newbie) dan kenekatan, pria berusia 57 tahun ini mampu menyingkirkan 25 pesaingnya melalui karyanya yang berjudul Berbagi Pengalaman : Integrasi Sistem Operasi Linux dan Microsoft Windows.

Diungkapkan oleh Tjuk, dirinya sempat menolak ketika diusulkan untuk mewakili ITS dalam Pemilihan Pustakawan Berprestasi Tingkat Popinsi Jatim yang diselenggarakan pada 6 Juni lalu. Faktor usia adalah alasannya. Menurut Tjuk di usianya yang telah mencapai kepala lima, dirinya merasa kurang percaya diri untuk terjun di kancah persaingan apalagi untuk mewakili ITS. "Biar yang muda-muda saja, jika mereka yang mewakili kan lebih pantas," ujarnya.

Namun, setelah dipaksa dan diberi semangat oleh rekan-rekannya Tjuk akhirnya menerima amanah tersebut. "Kata pimpinan, hitung-hitung sebagai sumbangsih di masa-masa akhir jabatan," ungkap Tjuk sambil tersenyum.

Praktis sejak menerima kepercayaan tersebut, tepatnya beberapa minggu menjelang pemilihan, Tjuk pun menyibukkan diri mengatur strategi dan mencari bahan untuk masalah yang akan diangkatnya. "Target awal saya sebenarnya tidak muluk-muluk, cukup lolos enam besar. Dan untuk permasalahannya, saya mengangkat pengalaman saya selama bersentuhan dengan Linux," tutur pria asal Solo ini.

Mengapa harus Linux dan apa hubungannya dengan pustaka? Menjawab pertanyaan ini Tjuk berkomentar bahwa era saat ini adalah era open source. Dan sebagai seorang pustakawan, tentunya tak hanya memikirkan administrasi tapi juga keamanan administrasi perpustakaan itu sendiri. "Linux memiliki kekuatan untuk itu. Sehingga melalui makalah ini saya juga mengampanyekan bagaimana seandainya kita menggunakan sistem operasi berbasis Linux," jelas Tjuk.

Selama ini, lanjut Tjuk, kita masih bergantung pada satu Operating System (OS) saja dan itu sangat riskan. Seandainya suatu saat ITS dimintai pertanggung jawaban untuk OS yang digunakan, khususnya untuk perpustakaan. Apakah kita dapat menjamin bahwa semua yang kita manfaatkan benar-benar berlisensi? "Nah, kalau ada yang gratis dan berkelas mengapa kita harus repot-repot. Boleh saja kita berkata bahwa kita masih mampu membayar. Namun, uang bukan segalanya kan? Toh kalau bisa memanfaatkan yang gratis uang tersebut bisa digunakan keperluan lain yang lebih penting," tutur Tjuk panjang lebar.

Nantinya, Tjuk berharap perpustakaan ITS dan ITS mampu menjadi pionir dalam pengembangan open source di masyarakat umum. Tjuk ingin menghilangkan kesan bahwa keahlian bidang ini tak hanya milik kalangan akademis saja, tapi bisa juga dimiliki oleh masyarakat. "Sebagian masyarakat kita ada yang beranggapan bahwa pengembangan hanya pantas dilakukan kalangan akademik, mereka masih takut-takut. Jadi kalau bisa kita mampu menarik mereka," harapnya.

Predikat pustakawan berprestasi tingkat Jatim ini sendiri bagi seorang Tjuk Suwarso merupakan sebuah kado yang teramat istimewa. Karena di hari-hari akhir jabatannya ia masih diberi kesempatan untuk memberikan yang terbaik bagi ITS.

"Saya ingin apa yang telah saya peroleh ini bisa lebih saya kembangkan ketika pensiun nanti. Saat ini saya telah memiliki channel di perpustakaan Jatim yang bisa dimanfaatkan untuk membangun komunitas sekaligus wahana belajar bersama bagi teman-teman pustakawan. Dan yang ingin saya tekankan bahwa kita bekerja tak hanya untuk instansi saja tapi juga untuk orang lain," pungkas Tjuk menutup perbincangan.(f@y/asa)

Berita Terkait