ITS News

Jumat, 27 September 2024
17 Juli 2007, 15:07

Peserta Pimnas ITS: Kecopetan HP dan Dicekal Bandara

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kejadian unik dialami peserta kontingen ITS untuk Pimnas XX yang berangkat dari Surabaya Senin (16/7) sore menggunakan Kereta Api kelas Eksekutif Gumarang. Mochammad Arif Afifuddin salah satunya. Afif begitu panggilan akrabnya, saking semangatnya bertanding di Pimnas harus rela ponselnya raib.

Kejadian itu dialami Afif saat kontingen tiba di Stasiun Gambir, Jakarta. Kereta Api tiba di stasiun tersebut sekitar pukul tujuh pagi. Saat itu kontingen memang harus berkumpul dan membawa barang masing-masing untuk selanjutnya berangkat naik bus menuju banda udara cengkareng.

Mungkin hari ini apes buat Afif. Saking semangatnya menjadi delegasi ITS di Pimnas XX, Afif turun dari kereta dengan kedua tangan menenteng barang bawaan. ”Tangan saya satu menenteng barang bawaan saya sendiri, dan satunya mengangkat perlengkapan tim saya,” kata Afif yang tergabung dalam tim PKM berjudul Percepatan Pembelajatran Baca Al Quran Braille kepada Siswa SDLB Tuna Netra.

Afif sendiri tidak tahu pastinya tempat HP-nya terjatuh atau digerayangi pencopet. ”Sekarang saya tidak punya alat komunikasi lagi. Hp-nya sih tidak seberapa tapi nomor-nomor telepon yang ada di dalamnya itu yang penting buat saya,” kata Afif kecewa.

Afif sendiri telah melapor pada petugas PT KAI. ”Sudah ditelpon tapi memang tidak aktif nomor saya. Jadi kesimpulannya, kemungkinan diambil orang,” katanya. Kejadian yang dialami Afif menunjukkan segi keamanan di sarana transportasi publik masih saja rawan.

Dicekal di Bandara
Lalu, lain halnya dengan Agus. Agus yang tergabung dengan tim dari Biologi ITS yang akan menampilkan produk sirup mangrove pada stand ITS di Pimnas harus berurusan dengan keamanan bandar udara Cengkareng. Saat tas ranselnya masuk dalam mesin detektor barang, petugas melihat ada jerigen berisi cairan dalam tas Agus. Kontan saja petugas, mengamankan tas ransel Agus dan menanyainya . ”Saya sudah bilang isi jerigen itu sirup mangrove, tapi saya disuruh melapor lagi,” katanya.

Jerigen yang tertutup rapat itu, kata Agus tidak mungkin dia buka karena akan merepotkan. ”Untungnya, saya ada contoh lain di botol. Dan setelah saya tunjukkan mereka percaya,” katanya tertawa.(asa/rif)

Berita Terkait