Dalam kunjungan singkatnya di GSG Unila Rabu (18/7) pagi, Prof. Satrio Soemantri Brojonegoro menyempatkan diri untuk berhenti di stand edukasi ITS dalam Pimnas XX. Satrio yang terlihat terburu-buru itu, berhenti sejenak di stand dan mencicipi sirup mangrove karya mahasiswa Biologi tersebut.
”Pak silahkan coba sirup kami pak. Segar,” ajak salah satu mahasiswa. Selain ajakan mahasiswa, Prof Drs Nur Iriawan Mikom PhD selaku ketua koordinator tim ITS di Pimnas dan PR III Prof Dr Suasmoro turut mengajak Dirjen mampir sejenak. Satrio pun mengiyakan.
”Berbahaya tidak ini? Harus ada yang coba dulu, baru saya minum,” guyon Satrio saat menerima gelas berisi syrup mangrove dari Prof Dr Suasmoro. Satrio pun manggut-manggut setelah tahu bahwa yang diminumnya adalah sirup yang terbuat dari buah mangrove.
Karya mahasiswa Biologi tersebut bernama Sirup Apel Mangrove. Namun dikatakan Raindly Putri mahasiswi Biologi, sirup ini bukanlah terbuat dari sari buah apel dan bagian tanaman mangrove, seperti yang banyak dikira pengunjung. ”Ini murni menggunakan buah dari mangrove hanya saja nama buahnya itu apel mangrove,” kata mahasiswi angkatan 2005 ini menjelaskan.
Buah ini, kata Raindly, memang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. “memang ada sebagian masyarakat yang menggunakannya untuk bahan rujak. Tapi, kebanyakan buah dibiarkan jatuh dan dimakan primate,” kata Raindly.
Berangkat dari itu, Raindly menambahkan, dia bersama mahasiswa Biologi lainnya, berinisiatif untuk memanfaatkan buah ini. Karya ini merupakan salah satu Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian yang lolos seleksi dan mendapatkan biaya dari Dikti.
Sirup berasa masam menyegarkan ini, ungkap Raindly, mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai anti oksidan. ”Selain itu, dari hasil penelitian. Minuman ini bebas bahan berbahaya. Jadi aman dikonsumsi dan menyehatkan,” katanya
Selain itu bekerja sama dengan Central Entrepreneur Development, ITS sedang berusaha mengembangkan produksi dan pemasaran dari produk yang tengah proses paten ini. “Dalam Pimnas kali ini, selain memperkenalkan syrup mangrove, kami juga ingin sekaligus mencari distributor dan mitra untuk membantu memasarkan,” kata Raindly. Hasil penjualan nantinya, akan digunakan untuk mengembangkan penelitian tanaman mangrove lebih lanjut.
Mengenai kendala yang dihadapi, rekan Raindly, Agus memaparkan, untuk saat ini tidak ada kendala yang sangat berarti. Hanya saja, kata Agus, buah mangrove memang mempunyai siklus berbuah dua kali setahun. “Jadi jika bukan musimnya akan sangat jarang, dan harga buahnya bisa melonjak tinggi,” kata mahasiswa Biologi angkatan 2003 ini. Untuk itu pihaknya selalu melakukan survey memetakan potensi tanaman mangrove di Indonesia.
Tanggapan pengunjung stand terhadap syrup mangrove pun beragam. ”Umumnya mereka mengatakan ini karya yang bagus dan inovatif. Bakan, saking sukanya dengan rasa segarnya. Ada beberapa pengunjung yang datang lebih dari sekali,” ungkap Agus tersenyum.
Dalam pameran kali ini, Agus dan kawan-kawannya tidak membawa banyak sirup. Mereka hanya membawa 17 liter sirup mangrove. Untuk mengantisipasi kehabisan stok sirup sebelum Pimnas berakhir, Agus mematok harga Rp. 2000 untuk segelas minuman unik berwarna krem itu. Rata – rata satu liter sirup ini akan menjadi 40 gelas. Meski demikian, tak sampai dua jam lima liter syrup habis oleh pengunjung. (asa/jie)
Kampus ITS, Opini — Kontribusi ibu di dalam tumbuh kembang anak merupakan aspek yang krusial, terutama bagi mahasiswa baru
Kampus ITS, ITS News — Menyokong antisipasi terjadinya bencana serta terus berupaya mengedukasi masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui
Kampus ITS, ITS News — Transisi menuju energi terbarukan menjadi fokus utama demi lingkungan yang berkelanjutan. Mendukung hal tersebut,
Kampus ITS, ITS News — Sektor industri memainkan peran yang cukup penting dalam meningkatkan daya saing di pasar global. Mendukung