ITS News

Minggu, 22 Desember 2024
21 Agustus 2007, 16:08

Praktis dan Murah, Proyektor Laser Dot Matrix Ala Sigit

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Perkembangan penggunaan display dot matrix sangat pesat. Display dot matrix banyak digunakan di tempat-tempat umum sebagai sarana informasi dan periklanan. Akan tetapi, pada umumnya display dot matrix masih menggunakan lampu led yang disusun secara matriks dan membutuhkan biaya sangat mahal. Untuk menekan biaya tersebut, Sigit mengembangkan metode cahaya laser yang dicerminkan secara prismatik, lalu diproyesikan ke layar untuk menggantikan Led.

Dari Tugas Akhir-nya yang bertajuk Implementasi Sinar Laser sebagai diplay Proyektor dengan Metode Cermin Prismatik Oktagonal Berbasis Mikro Kontroler, Sigit berhasil menciptakan sebuah proyektor display dot matrix yang harganya jauh lebih murah. "Dalam tampilan alat ini, karakter yang dihasilkan proyektor tidak kalah dengan menggunakan lampu LED yang disusun secara matriks,” ungkapnya.

Malah, lanjut Sigit, alat ini punya keunggulan yaitu mampu menambah jumlah karakter yang ditampilkan tanpa menambah jumlah laser pointer. Tapi, hanya perlu mengubah jarak antara laser proyektor dengan layar. "Pada dasarnya, aplikasi ini hanya menggunakan satu sumber cahaya laser dan cermin untuk scanning pada layar. Cermin tersebut berjumlah delapan dengan disusun secara prismatik oktagonal jika dilihat dari atas," jelasnya secara rinci.

Ide awal pembuatan alat, menurut mahasiswa kelahiran 8 maret 1985 ini, adalah dari internet. “Saya dapat inspirasi dari sebuah paper di Internet yaitu paper Stefan Marti dari Jerman, katanya. Paper tersebut menggunakan media yang sama yaitu sinar laser. Bedanya, Stefan menggunakan delapan laser, sedangkan alat Sigit ini menggunakan satu sumber laser. "Dan yang aktif bergerak adalah cermin prismatic octagonal sebagai pemroyeksinya," ungkap Sigit.

Alat yang proses pengerjaannya mamakan waktu 4 bulan lebih ini, mengalami banyak kendala dalam pembuatannya. Salah satunya yang paling menonjol menurut sigit adalah pada pembuatan mekanik, yaitu alat ini membutuhkan presisi yang sangat tinggi dan ada beberapa bahan yang sulit dicari.

Dalam pembuatannya, alat ini berkali–kali mengalami kegagalan. "Ada saja yang salah, gagal sih sudah menjadi makanan sehari-hari,” ungkapnya. Sigitpun hanya tidur maksimal empat jam sehari. Namun, pengorbanannya tak sia-sia, selain alatnya sukses dan dapat nilai yang sempurna, Sigit juga berhasil menjadi 10 besar dalam lomba Inovasi atau Temuan Teknologi Industri Komponen Elektronika yang diadakan Deperindag RI. (@nx/th@)

Berita Terkait