ITS News

Sabtu, 28 September 2024
31 Agustus 2007, 07:08

Tim G-Rush Telah Berjuang Habis-habisan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mengenai perjuangan tim robot G-Rush, Asisten Direktur III PENS ITS Tri Budi Santoso ST MT, yang ikut serta mendampingi tim selama di Hanoi, mengakui dalam ABU Robocon 2007 timnya menemui beberapa kendala. ”Salah satu kendala yang paling terasa adalah kendala bahasa. Tidak banyak pihak panitia yang dapat berbahasa inggris lancar, dan itu sangat menyulitkan,” komentar Tri Budi.

Tri Budi juga mengungkapkan menjelang laga final tim G-Rush beserta robotnya sempat kehujanan. Kondisi di lapangan, pitstop tim G-Rush dengan venue perlombaan terpisah cukup jauh dan hanya dihubungkan dengan jalan dengan atap terpal. ”Saat itu sempat hujan deras dan terpal penutup terlepas, sehingga tim harus berjalan kehujanan sambil melindungi robot agar tidak terkena air,” ceritanya.

Pada saat itulah, salah satu pendamping tim G-Rush, Fernando mengatakan timnya berjuang habis-habisan. Karena hujan itu pula, ungkapnya, salah satu komponen robot ada yang terbakar. Di waktu yang sangat sempit, dengan kondisi baju basah mereka harus berusaha memperbaiki robot. ”Saat itu jika ada orang yang bajunya basah dan tidak pakai sandal itu pasti tim kita,” kenang pria yang akrab disapa ini Nando sambil tertawa.

Berbagai kendala yang dihadapi tim di lapangan tersebut, diakui membuat emosi tim kurang terkontrol. Apalagi, saat mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh wasit yang mengabaikan permintaan tim G-Rush untuk melakukan retry (setting ulang, red) ketika start.

Meski harus menelan pil pahit kekalahan dari China, tim robot G-Rush yang terdiri dari Pramudya Airlangga, Firdaus Nurdiansyah, Ali Murtadlo, Andik Hermawanto, dan Marsudi Handoyo ini layak berbangga. Selain meraih gelar first runner up (juara kedua), selama pertandingan tim robot G-Rush juga menjadi robot favorit, selain robot tuan rumah Vietnam. Baik dalam hal keakuratan dan kecepatan, G-Rush diakui lebih unggul dari tim China.

Untuk menghargai prestasi yang diraih G-Rush, Pembantu Rektor IV Ir Eko Budi Djatmiko MSc PhD mengatakan, ITS akan membuat apresiasi tersendiri untuk kelima anggota tim yang mencetak rekor skala dunia ini. "Dikarenakan prestasi ini luar biasa, kemungkinan kita akan beri beasiswa hingga lulus," tandasnya.

Tidur nyenyak tapi tak nafsu makan
Sementara itu, selama hari-hari dalam pertandingan, dikatakan Nando, jam tidur tim G-Rush adalah sekitar pukul 12 malam. Hal itu dikarenakan mereka harus menggunakan waktu untuk mempersiapkan strategi dan segala sesuatu pada tiap pertandingan.

”Di tim ini cukup komplit, selain ada bagian yang memikirkan strategi juga ada yang bertugas mata-mata strategi lawan,” ujar Nando sembari tersenyum. Yang dimaksud Nando sebagai mata-mata adalah dosen. Dimana mereka berperan aktif mengumpulkan gambar dan rekaman dari persiapan tim lawan untuk nantinya dianalisa tim robot G-Rush untuk menentukan strategi terbaik yang digunakan.

Meski harus tidur larut malam, Pramudya Airlangga dan rekan-rekannya mengaku tidak bermasalah. Mereka tetap dapat tidur nyenyak. Hanya saja, ada efek samping lain dalam ketegangan mereka menjelang pertandingan menentukan. ”Saat tegang kami selalu menjadi tidak enak makan,” cerita Angga sambil tertawa.

Sisi menarik lain, selama di Hanoi, tim G-Rush tidak menemukan masjid untuk beribadah. Pihak panitia penyelenggara juga tidak menyediakan. ”Sehingga selama disana kita memanfaatkan kotak (box) robot sebagai tempat Sholat,” imbuh Nando. (asa/th@)

Berita Terkait