ITS News

Jumat, 27 September 2024
12 September 2007, 12:09

ITS Tambah Dua Guru Besar Kimia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam pidato pengukuhannya, Prof Dr Ir Mahfud DEA menyoroti tentang peranan Ilmu Teknik Reaksi Kimia dalam Pengembangan Produk Berbasis Bahan Baku Terbarukan (Renewable Resourches). Menurutnya, kebutuhan akan produk-produk hasil turunan dari minyak bumi di masa yang akan datang akan semakin sulit dan mahal untuk didapatkan. "Pertama karena minyak bumi itu sumber yang tidak tergantikan, sehingga perlu dicarikan alternatif lain," ujarnya.

Kebutuhan pencarian alternatif pengganti ini sebenarnya sudah dilakukan sejak dua dekade ke belakang. Namun, teknologi yang dirumuskan di tahun 80-an ini belum juga populer hingga sekarang. Salah satu contohnya adalah sumber tenaga biodiesel. "Masalah utama masih terletak pada harga, biodiesel belum dapat bersaing dengan harga bahan bakar dari minyak bumi lainnya," sambungnya. Meski begitu, pria kelahiran Bangkalan, 2 Agustus 1961 ini optimis sumber energi alternatif ini bakal dilirik di masa depan.

Mahfud mengaku, konsentrasi utama saat ini masih berkisar pada pencarian sumber bahan bakar akternatif. Padahal, banyak bahan yang menggunakan turunan minyak bumi yang juga harus segera dicarikan atternatif. Misalnya, bahan baku plastik. "Selama ini plastik dibuat dari polimer, padahal banyak bahan yang bisa untuk menggantikan polimer ini," lanjutnya.

Mahfud mencontohkan ketela pohon sebagai bahan alternatif pengganti polimer minyak bumi. Dari ketela ini, dapat disarikan menjadi gula, alkohol, hingga polimer. "Hal-hal semacam ini yang belum diperhatikan dengan sungguh-sungguh," imbuhnya. Padahal, hasil plastik dari ketela pohon justru menjadi plastik yang ramah lingkungan karena dapat terurai sempurna.

Penghematan melalui teknologi tepat guna juga dilakukan oleh Prof Dr RY Perry Burhan MSc. Dosen Jurusan Kimia Fakultas MIPA ini mendalami sebuah bidang ilmu yang masih cukup baru, yakni Geokimia Organik. "Ini adalah ilmu yang mempelajari senyawa-senyawa yang sudah menjadi fosil," paparnya. Implementasi ilmu ini ke dalam kehidupan nyata sangatlah banyak. Melalui fosil-fosil senyawa ini, Perry dapat merunut kebelakang tentang asal usul mahluk hidup tersebut, hingga jejak migrasinya pun dapat terlacak. "Bagaimana dulu sewaktu hidup, bagaimana matinya, setelah jadi fosil pindah dari tempatnya hidup atau tidak juga bisa diketahui," sambungnya.

Kegunaan merunut masa lalu fosil senyawa ini salah satunya adalah untuk menentukan dengan pasti sumber minyak bumi. Dari hasil pengeboran, dapat ditelusuri apakah lokasi tersebut memang benar-benar ladang minyak ataukah hanya berupa semburan kecil belaka. "Kadang, minyak bisa bermigrasi dari tempat asalnya jika mengalami tekanan," terangnya. Selain itu, fosil senyawa ini juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan minyak bumi.

Perry juga melakukan kajian fosil-fosil senyawa yang terdapat dalam lumpur Lapindo untuk menguji tingkat kedalaman semburan. Menurutnya, fosil senyawa yang ada pada semburan lumpur di Porong, Sidoarjo tersebut adalah fosil tumbuhan darat. "Dulu, Sidoarjo itu berupa delta, lalu tertutup lautan, kemudian menjadi daratan kembali," tambahnya.

Atas dasar hal tersebut, maka Ia memperkirakan lumpur yang disemburkan tersebut berasal dari kedalamaan lebih dari 4000 kaki.Di akhir pidato pengukuhannya, Perry memberikan sebuah tantangan bagi ITS. Menurutnya, ITS sudah siap untuk berkontribusi secara lembaga di bidang ilmu kebumian. "Dengan adanya Geokimia ini saya kira ahli kebumian ITS sudah cukup lengkap untuk melahirkan wadah pendidikan baru di bidang geosains," pungkasnya.(humas/ftr)

Berita Terkait