ITS News

Sabtu, 28 September 2024
07 Oktober 2007, 10:10

Makan dan Tidur Juga Perlu Manajemen

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mendatangkan Egha Z R SKed, seorang dokter sekaligus penulis buku best seller Super Health, lebih dari 70 mahasiswa ITS mengikuti bedah buku yang digelar Sabtu (6/10). Acara yang digelar di gedung Rektorat lt.3 ini merupakan rangkaian kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK ’28). Selain Egha, diundang pula pembicara lain yaitu Marendra Darwis, seorang trainer.

Dalam paparannya, Egha menuturkan, kekenyangan makanan menyebabkan efek lambung terenggang menjadi besar. ”Kalau kita kekenyangan, maka tubuh akan mengkompensasi itu. Nah bisa saja nanti jadi penyakit maag,” ungkapnya.

Menurut mahasiswa lulusan jurusan Kedokteran UGM ini, yang paling penting dalam menjaga pola makan adalah kualitas bukan kuantitas. Egha memberikan contoh orang luar negeri yang terbiasa sarapan dengan sepotong roti. ”Mereka sarapannya makan roti tawar. Kalau kita, jika cuma makan sepotong saja, pikirnya wah ajal menjelang nih,” guyon pria berkacamata ini disambut tawa hadirin. Padahal, lanjut Egha, nilai gizi roti tawar itu sama dengan nasi.

Sedangkan untuk kunyahan dalam memakan, Egha menyebutkan seyogyanya hanya 5 hingga 10 kali kunyahan. ”Namun ada yang sekali telan langsung. Bahkan ada yang ekstrem 33 kali kunyahan sekali makan. Itu nggak baik,” papar Egha.

Mengenai tidur, Egha menyarankan mahasiswa untuk bisa tidur siang. ”Idealnya sih tidur siang itu sekitar 30 menit saja. Lakukan ini jika anda mampu, meskipun awalnya mesti berat,” tandasnya. Selain itu, lanjut Egha, peserta juga hendaknya melatih jam biologis. ”Tiap manusia punya jam biologis yang mampu membangunkan dirinya sendiri, tanpa bantuan yang lain. Jika kita maksimalkan potensi ini, maka akan lebih baik buat tubuh,” tutur alumni yang lulus dengan IPK cumlaude ini.

Walaupun, kata Egha, tiap manusia punya siklus tidur yang berbeda, namun hal itu bukanlah alasan.”Siklus tidur emang berbeda-beda. Ada yang siklusnya short, tapi ada yang long. Namun kita tidak boleh terdoktrin akan hal ini, tinggal bagaimana potensi kita memaksimalkannya,” ungkap Egha.

Sebagai contoh, ungkap Egha, Profesor BJ Habibie yang mempunyai short slipper dimana ketika tidur lama malah sakit. ”Tapi bila beliau tidur sekejap saja, malah keluar ide,” tandas pria yang berkediaman di Yogyakarta ini. (th@/asa)

Berita Terkait