ITS News

Jumat, 27 September 2024
24 November 2007, 16:11

ITS Turut Kembangkan Open Source

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dengan disahkannya undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta, membuat kebanyakan pemakai teknologi komputer resah. Khususnya, pelaku usaha kecil dan kalangan pelajar. Mereka dituntut memakai produk berlisensi resmi dengan harga yang relatif mahal. Akhirnya alasan inilah yang semakin memperkuat mengapa perlunya dikembangkan teknologi open source oleh masyarakat Indonesia.

Tak ketinggalan institusi akademik seperti ITS, turut mengembangkan teknologi open source. Lewat program FROST, ITS melakukan kegiatan sosialisasi teknologi open source dengan seminar dan workshop kepada masyarakat, khususnya pelajar. Selain itu juga didirikannya help desk Pemberdayaan Open Source Software (POSS) ITS. Terdapat dua lokasi POSS yang bertugas membantu masyarakat dalam menyelesaikan persoalan terkait teknologi open source yakni, di Hitech Mall (THR) dan Perpustakaan Pusat ITS.

Untuk membantu masyarakat dalam melengkapi software open source terkait dengan kebutuhan pekerjaan sehari-hari, FROST juga melakukan penambahan koleksi repository software opensource tersebut. Dan tak ketinggalan kegiatan berupa penelitian dan pengembangan software open source. Hasil kegiatan penelitian tersebut akan dishare di kalangan pengguna produk open source.

"Beruntunglah ada semangat sebagian orang yang mau berbagi ilmu dengan sesamanya. Saya pribadi sangat mendukung kegiatan tersebut sebagai salah satu peran aktif ITS dalam mencerdaskan pemuda melalui open source,”  ungkap Rektor ITS, Prof Dr Ir Priyo Suprobo MSc dalam pidato tertulisnya menanggapi program FROST yang dipanitiai oleh Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi ITS.

Dalam materinya, Romi Satria Wahono menyatakan bahwa dengan penggunaan teknologi open source ini menciptakan kebebasan, kemandirian, dan mencegah ketergantungan terhadap vendor produsen software yang lisensinya tertutup. Terutama dalam memajukan industri lokal. Karena software open source dinilainya sangat murah, legal, dan secara kualitas tak kalah canggih.

“Saya percaya bahwa open movement, termasuk di dalamnya open source dan open content adalah gerakan moral yang memberi kebebasan kepada semua orang tanpa pandang bulu. Selama ini sudah terbukti bahwa karya-karya besar, ide-ide besar, dan teknologi-teknologi besar lahir dari open movement ini,” tutur pria berkaca mata yang pernah tinggal selama sepuluh tahun di Jepang, dalam menempuh S1 hingga S3 di Saitama University.(han/asa)

Berita Terkait