ITS News

Sabtu, 28 September 2024
18 Desember 2007, 23:12

Komunitas Mainan Kertas Unik dari Despro

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bukan anak Desain Produk Industri (Despro) namanya kalau tidak dituntut kreatif. Salah satu contohnya adalah komunitas unik bertajuk Toys Community. Komunitas yang didirikan oleh anak-anak jurusan ini terhitung masih baru. Di awali oleh keisengan Hidayatul Akbar dan Danny Dwi Rahmanto mengikuti even Djarum Black Urban Art akhir 2006.

Dalam kompetisi Character Design sahabat kental ini memutuskan untuk mengikutkan papertoys kreasi mereka. “Tapi ternyata character design yang dimaksudkan berbentuk dua dimensi bukan tiga dimensi,” jelas Yayak, sapaan akrab Hidayatul Akbar.

Namun dari situlah kedua anak muda ini menjadi semakin tertarik pada papertoys atau mainan kertas. Pertama mereka dimulai saat try out Ujian Masuk Despro bulan April lalu. Melihat apresiasi yang cukup besar dari warga Despro yang lain, mereka mulai berani untuk menunjukkan eksistensi mereka sebagai penggemar papertoys. Di mulai dengan mengajak serta teman maupun adik kelas, akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan rekruitmen terbuka. Saat itulah resmi berdirinya Toys Community, awal September 2007.

“Sebenarnya kita udah nyoba berbagai macam mulai mural, grafiti, tapi rasanya kok udah banyak banget yang seperti itu. Kalau toys mungkin masih jarang,” jawab Yayuk ketika ditanya mengapa memilih toys (mainan, Red).

Di usianya yang masih hijau ini Toys Community ternyata sudah mulai melanglang buana. Dimulai dengan pameran 1001 IDE yang diselenggarakan di SCC, berlanjut ke pameran Part 1 Fest di UK Petra dan selanjutnya Taman Budaya menjadi bagian dalam agenda mereka.

Menurut Yayak sendiri tidak ada kriteria khusus dalam pembuatan papertoys di Toys Community. Masing-masing individu diberikan kebebasan untuk berkreasi. “Yang penting orisinil, jangan asal jiplak aja dari internet,” tambah Blacky, sapaan akrab Danny Dwi Rahmanto. Namun untuk ke depannya mereka berencara membuat aturan tersendiri agar pengembangan papertoys di Toys Community ini lebih terarah.

”Sebenarnya Toys Community tidak hanya mewadahi penggemar papertoys. Namanya juga Toys Community, jadi kita juga concern dengan jenis mainan yang lain, seperti boneka dari flanel atau dari clay (tanah liat, Red). Cuma entah mengapa dalam pengembangannya memang papertoys inilah yang paling diminati,” jelas Yayak lagi.

Bicara soal kendala, Yayak dan Blacky mengakui bahwa masalah koordinasi menjadi yang utama. “Kadang kalo nggak disuruh berkarya kebanyakan anggota tidak gerak,” cerita Yayak. Mereka juga mengakui bahwa waktu juga menjadi kendala. “Karena kita masih mengutamakan kuliah, lah. Apalagi tugas Despro banyak,” tambah Blacky. Namun sejauh ini mereka dan anggota lainnya masih bisa mengatasi kendala-kendala tersebut. “Biaya juga menjadi masalah, tapi yang penting semuanya ditanggung bareng-bareng,” timpal Blacky lagi sambil tertawa.

Harapan ke depannya Toys Community akan lebih berkembang dan dapat diteruskan oleh adik-adik kelas mereka, mengingat sebagai mahasiswa angkatan 2003, Yayak dan Blacky sudah mendekati tahap tugas akhir. “Semoga jadi lebih maju dan tidak berhenti sampai di sini saja,” pungkas Yayak menutup pembicaraan. (m10/rif)

Berita Terkait