ITS News

Jumat, 27 September 2024
19 Desember 2007, 16:12

ITS-BPS Sosialisasikan Survey Biaya Hidup

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mengusung tema Dampak Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat Jawa Timur Terhadap Angka Inflasi, seminar sehari ini digelar dalam rangka sosialisasi hasil Survey Biaya Hidup (SBH) yang telah dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS). Survey yang dimulai Januari 2007 ini dibagi menjadi dua putaran per semester. Seminar kali ini merupakan sosialisasi putaran yang kedua.

Menurut Dra Agnes Tuti R MSc selaku Steering Commite, setelah survey dilakukan maka akan terlihat pola konsumsi masyarakat. Juga akan terdata naik turunnya harga barang, barang-barang yang banyak digemari, juga jumlahnya. ”Dari situlah dapat ditentukan angka inflasi,” ujar Agnes Tuti yang juga Kepala Laboratorium Bisnis dan Sosial Jurusan Statistika ITS.

Hal senada diungkapkan Dr Ali Rosidi sebagai pembicara pertama dalam seminar tersebut. IHK dan tingkat inflasi yang akurat mutlak diperlukan sebagai dasar perhitungan APBN/APBD, indeks upah gaji, indikator makro perekonomian, dan indeksais lainnya. “Dengan SBH 2007 inilah, maka IHK dan tingkat inflasi akan lebih lengkap, akurat, dan dipercaya,” tungkas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan jasa BPS tersebut.

Selain memperbaharui IHK, SBH 2007 ini juga bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang nilai konsumsi penduduk perkotaan, mendapatkan keterangan keadaan sosial ekonomi rumah tangga perkotaaan,dan sebagai bahan penelitian pasar, analisa barang dan jasa serta analisis lainnya.

Selain Ali Rosidi, juga hadir Drs Kresnayana Yahya MSc, pakar statistika ITS sebagai pembicara kedua dan Drs Suko Widodo MA, dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unair selaku pembicara ketiga.

Dalam paparannya, Kresnayana Yahya menjelaskan tentang berubahnya pola konsumsi yang ada pada masyarakat. Dari sebuah indikator disimpulkan bahwa pengeluaran masyarakat didominasi oleh elemen dan komponen yang bersumber dari pola belanja orang muda. Selain karena bertambahnya jumlah kaum muda, juga terjadi penyesuaian produksi sesuai selera kaum muda. ”Pergeseran ini perlu diakomodasi dalam pemahaman baru tentang pola pengeluaran dan biaya hidup rumah tangga,” papar Kresna.

Sementara Suko Widodo, lebih banyak berbicara mengenai kemiskinan yang semakin mengkhawatirkan. Suko memperkenalkan gagasan baru dalam bidang komunikasi menjadi pendorong utama perubahan. Dengan konsep Behavioral Change Communication (BCC), sejumlah lagkah diterapkan dalam merubah pikiran orang. ”Intinya adalah dengan membangkitkan semangat mereka untuk hidup lebih baik,” kata Suko.

Saat ditanya mengenai bentuk kerjasama selanjutnya antara ITS dan BPS setelah SBH ini, Agnes Tuti mengatakan bahwa analisa data yang dilakuakn BPS akan dipakai Jurusan Statistika guna penelitian lebih lanjut. (Zn/ftr).

Berita Terkait