ITS News

Kamis, 14 November 2024
08 Januari 2008, 11:01

Kelautan, Refleksi 2007 dan Proyeksi 2008

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dari jumlah ini dapat dilihat dari tiga hal, yaitu kultur, struktur dan regulasi. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, kesadaran user yang rendah, dan kurangnya peranan masyarakat konsumen adalah aspek-aspek kultur masyakat Indonesia yang sedikit banyak menyumbang jumlah tersebut.

Selain itu manajemen transportasi laut dan pengawasan juga masih relatif lemah. Hal ini diimbangi pula dengan tata kelola kebijakan keselamatan pelayaran yang juga lemah, dan kurangnya dukungan sistem keselamatan transpotrasi laut yang memadai. Tak luput aspek regulasi, dimana sanksi pidana belum diatur dalam UU pelayaran dan implementasi peraturan per-UU-an belum diawasi secara baik.

Sementara itu, keselamatan kapal di laut juga sangat bergantung pada faktor keamanan laut itu sendiri. Justru sebenarnya, faktor kemanan ini adalah kunci utama bagi segala kemajuan di bidang kelautan. Ironisnya, Indonesia belum memiliki armada yang cukup tangguh untuk mengamankan wilayah perairan. TNI AL seharusnya didukung mitra sebuah badan independen dengan otonomi penuh. Sehingga kasus-kasus illegal fishing, pencemaran laut, illegal logging yang bertranspotrasi melalui jalur laut, smuggling, human trafficking, piracy, terorism, hingga illegal trading dapat diatasi dengan segera.

Perlunya sebuah koordinasi sinergis antar stakeholders di bidang kelautan juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Setahun ke belakang, sinergi antara 14 stakeholders di bidang kelautan ini masih sangat lemah. Padahal, seharusnya jika 14 stakeholders ini mampu berkoordinasi dan bersinergi dengan baik, kemanan laut Indonesia bukan sekedar impian.

Tentunya, ketiga hal diatas juga membutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang memadai untk menciptakan sistem keamanan laut yang baik. Saat ini, armada maritim yang ada bahkan kalah cepat dan kalah teknologi dengan armada yang dimiliki oleh para pengganggu keamanan laut.

Tak hanya faktor keamanan dan keselamatan kapal di laut yang perlu digaris bawahi sepanjang tahun 2007 lalu. Masalah eksploitasi sumber daya laut yang kurang optimal baik secara industri maupun di tingkat nelayan tradisional tidak digarap dengan sempurna. Sudah menjadi PR bertahun-tahun bahwa kesejahteraan nelayan di Indonesia sangat minim. Padahal jika ditilik dari sumber daya laut yang dapat tergali, nelayan bukan tidak mungkin menjadi salah satu profesi yang sangat menjanjikan. Namun, kondisi saat ini sangat terbalik. Nelayan semakin terpojok, baik dari sisi kebijakan, teknologi, yang berimbas pada kualitas hidup mereka. Bahkan, perusahaan asuransi pun tak mau berpihak pada sektor yang dianggap kurang menguntungkan ini. Pengajuan asuransi bagi nelayan masih sulit untuk dilakukan. Sementara, teknologi maupun armada yang mereka gunakan untuk meningkatkan taraf hidup juga terbatas.

Seharusnya, nelayan dapat lebih berkembang jika pemerintah memberikan beberapa kemudahan dan intensif. seperti kemudahan dalam urusan koperasi, pengadaan rumah layak huni. Selain itu perlu penentuan harga ikan hasil tangkapan yang lebih wajar guna meningkatkan taraf hidup mereka. Perlu program sosialisasi dan pelatihan tentang teknologi kapal ikan. Dan dukungan serta keberpihakan perusahaan asuransi kepada nelayan.

FTK ITS sendiri sudah memberikan sumbangsih berupa pemikiran dan konsep-konsep untuk pengembangan di bidang kelautan ke depan. Mulai dari penelitian dan riset untuk mengembangkan teknologi kelautan. Seperti kerjasama dengan Biro Klasifikasi Indonesia yang menghasilkan Aturan Kelayakan Konstruksi Kapal di bawah 20 meter, mulai peraturan konstruksi, permesinan, kelistrikan, yang telah diberlakukan sejak 1 Juli 2007 lalu.

Selain itu, FTK juga akan membidani sebuah crisis center dalam waktu dekat ini. Sehingga, segala permasalahan kelautan dapat dengan cepat ditanggapi oleh para pakar kelautan yang dimiliki ITS. Nantinya, crisis center ini juga akan memperluas sayap keanggotaannya ke tingkat alumni. Studi-studi beragam software teknologi kelautan juga terus dikembangkan, seperti prototype system computer based, juga penggunaan teknologi satelit.

Oleh : Ir Djauhar Manfaat MS PhD
Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS

Berita Terkait