ITS News

Sabtu, 28 September 2024
15 Januari 2008, 06:01

Napak Tilas Dewa Ruci, Outbound Para Pimpinan ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

HARI masih pagi, waktu yang enak untuk menikmati hijaunya Penanggungan. Tamu-tamu Hotel Grand Trawas juga memanfaatkan waktu untuk memandangi gunung itu. Tapi, tidak demikian dengan puluhan pimpinan ITS yang pagi itu berkumpul di halaman parkir hotel.

Mereka tekun mendengarkan arahan event organizer (EO) yang memberikan tugas akhir dan harus dilakukan peserta outbound. Yakni, "napak tilas" Dewa Ruci. Itu adalah permainan mencari "tali suci".

Peserta yang terbagi dalam sepuluh tim dengan nama-nama wayang tersebut mendapat secarik kertas berisi kode. Setiap tim harus memecahkan kode anagram untuk menemukan bendera sebagai tiket untuk menjalani rintangan berikutnya.

Salah satu kode itu tertulis: tiga kata awalan di. Petunjuk: jadi bawah berpose jamak. "Wah kok angel yo… balik maneh, goleki (repot ya, kembali lagi, dicari, Red)," ujar Rektor ITS Priyo Suprobo yang tampak bingung. Dia setim dengan Suparno, direktur Program Pascasarjana (PPS), dan lima orang lainnya di kelompok Nakula.

Tim yang paling cepat menemukan bendera mendapat kesempatan pertama merangkak melalui rintangan laser. Peserta tak boleh menyentuh laser saat merayap di bawahnya. Tentu bukan laser sungguhan, melainkan hanya tali rafia yang direntangkan sekitar sepuluh meter.

Kelompok Nakula akhirnya berhasil menemukan bendera setelah memecahkan kode anagram itu. "Kode tersebut ternyata berbunyi: di bawah semak," kata Dwi Priyanto, sekretaris jurusan sistem perkapalan, anggota Nakula.

Setelah semua tim melewati rintangan kedua -merayap di bawah rintangan laser-, mereka harus bertarung memperebutkan "tali suci" lawan di tengah laut. Pertarungan dilakukan per tim. Pemenangnya, lima tim, bertarung lagi sampai tinggal dua tim. Merekalah yang berebut menjadi pemenang.

Tiap tim membentuk barisan berpelukan, sehingga menyerupai naga. Orang paling akhir -bagian ekor- diselipi seutas rafia. Itulah tali suci. Lawan harus bisa merebut tali tersebut.

Lapangan bulu tangkis disulap jadi lautan tempat pertarungan. Lembaran terpal digelar, disiram air plus segentong sabun colek, sehingga licin. Selama pertarungan, mereka juga diguyur hujan buatan yang menambah licin arena.

Tim Ontoseno yang selama permainan tidak terlihat gaungnya berhasil merebut juara pada babak akhir sekaligus prestisius itu. "Wuih senenge bisa menang di game terakhir ini mengalahkan Arjuna," ujar ketua tim Ontoseno.

Sebelumnya, outbound tersebut penuh dengan acara. Pada hari pertama, saat mencari tim misalnya, dilakukan dengan permainan. Setiap tim terdiri atas tujuh orang. Masing-masing peserta mendapat secarik kertas berisi nama tim. Ada Yudhistira, Abimanyu, Arjuna, Ontoseno, Ontorejo, Kresna, Nakula, Sadewa, Gatotkaca, dan Werkudoro.

Namun, mereka tidak bisa langsung tahu kelompoknya. Ada isyarat-isyarat tertentu untuk masing-masing nama tim. Misalnya, bersiul untuk tim Arjuna, naik kuda untuk Nakula, gaya ngebor untuk Ontorejo, dan menembak untuk Sadewa. Anggota tim harus memberi dan mencari isyarat tersebut untuk menemukan kelompoknya. "Kami sudah bergaya naik kuda ala Nakula, kok belum banyak yang menghampiri," ungkap Dwi ketika mencari teman.

Setelah tim terbentuk, acara dilanjutkan dengan funny soccer. Sepak bola dengan gawang mini. Malamnya, masing-masing jurusan unjuk kebolehan menyanyi dengan iringan organ tunggal. Maka, mengalunlah keroncong, dangdut, sampai pop terbaru.

Acara dilanjutkan dengan api unggun di helipad hotel ditemani jagung bakar dan kopi hangat. Api unggun tersebut sekaligus menjadi penerangan pentas nyanyi, teater, baca puisi, serta sulap.

Mukhayat, kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan (BAAK) dari Tim Ontorejo, berlagak sebagai ahli hipnosis. "Singa Banyuwangi… Singa Banyuwangi… datanglah. Bantu saya mengubah orang ini jadi kucing," katanya bak orang sakti.

Penonton tidak tegang, malah tertawa cekikikan. "Ah… paling sudah dibisikin pura-pura jadi kucing, mbujuk ta," ujar peserta dari tim Sadewa. Yang disulap jadi kucing memang setim dengan Mukhayat.

Pentas yang digelar memang rata-rata konyol. Penampilan teater Tim Arjuna melakonkan Legenda Ramayana yang dipadu superhero Ultraman. Kajur Arsitektur Purwanita Setijanti yang berperan sebagai Dewi Shinta tampil manja saat dirayu Rama.

Demikian pula dengan pembacaan puisi oleh tim Yudhistira. Mereka punya yel-yel yang dicuplik dari lagu Ketahuan milik Matta Band. "Wo’o kami Yudhistira dari ITS maju untuk menang."

Suara Hidayat Soegihardjo, kepala jurusan Teknik Sipil, mendayu-dayu saat membacakan puisi Istri karya Darmanto Jatman. Kali ini, penonton terdiam.

Outbound itu membuat mayoritas peserta gembira. "Kami jadi saling kenal secara emosional dan bisa bekerja sama dengan jurusan atau lembaga yang lain," jelas Sri Gunani Pertiwi, kepala jurusan Teknik Industri.

Pada acara penutupan, tim Arjuna berhak memboyong hadiah atas tiga permainan yang dimenangi. Yakni, funny soccer, walking on the moon, dan pentas api unggun.

Outbound tersebut merupakan rangkaian terakhir rapat pembekalan pimpinan ITS periode 2008-2011 yang dilakukan akhir Desember lalu. "Ini acara terakhir tingkat institut, nanti dilanjutkan di tingkat fakultas dan jurusan masing-masing. Juga, untuk menggalang kesatuan dan kekompakan," kata Setiohadi, perwakilan panitia.

Priyo Suprobo mengungkapkan, outbound tersebut menjadi pembuka kerja selanjutnya. "Sumber daya manusia itu perlu dibekali agar bisa bekerja lebih baik dan efisien," ujarnya.

Dalam rapat kerja sebelumnya, diputuskan bahwa pihaknya akan meningkatkan kualitas penelitian dan produk bagi dosen maupun mahasiswa. "Sebab, intelektual output menjadi salah satu cara mewujudkan good governance university," tegasnya. (cfu)

Berita Terkait