ITS News

Jumat, 27 September 2024
22 Januari 2008, 17:01

Badan Survei Dunia Kunjungi ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Jika kita di Indonesia mengenal Lembaga Survei Indonesia (LSI), maka di tingkat dunia dikenal The Pew Global Attitude Project. Konon, lembaga survei yang berpusat di Amerika ini sejak tahun 2002 telah melakukan aktifitas survei yang melibatkan lebih dari 150 ribu interviewers dari 54 negara. Khusus tahun 2007, lebih dari 45 ribu orang turut berpartisipasi, dengan 1008 orang diambil dari Indonesia.

Dr Richard Wike yang didampingi asistennya, John Tayler, dalam presentasinya yang berjudul Public Opinion and Democracy menegaskan bahwa topik-topik yang diangkat dalam survei tersebut beragam dan sifatnya mengglobal. Contoh topik yang pernah diangkat antara lain, attitudes towards the US, globalization, democracy, dan isu-isu internasional seperti Iran, North Korea, dan The Rise of China. "Kami dalam melakukan survei ini tidaklah berorientasi pada profit dan tidak pula menunjukkan keterpihakan," imbuh Richard.

Dalam melakukan penjaringan opini publik pada isu-isu tersebut, The Pew Global Attitude Project menggunakan polling sebagai metodenya. "Meski prinsip demokrasi dapat pula diterapkan melalui voting, protest, penulisan pesan, atau pun hall confrence, tapi kami lebih memilih polling. Kenapa? karena dengan polling tiap orang dapat dijamin partisipasinya," tutur Richard.

Lebih lanjut Richard kemudian menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan polling ini dalam The Pew Global Attitude Project. Tak ketinggalan, Richard juga menampilkan bagaimana peran project survei ini dalam kasus-kasus seperti Bill Clinton dan Monica Lewinsky, panasnya persaingan Barack Obama versus Hillary Clinton dalam pemilihan presiden, pandangan masyarakat Amerika Latin terhadap pasar bebas, citra AS di mata rakyat Indoesia beberapa tahun terakhir. "Jadi, apakah polling itu baik untuk demokrasi? Tergantung seberapa jauh bijaksana pemanfaatannya," ungkap Richard menyimpulkan.

Apa yang telah diuraikan Richard mendapat tanggapan dari Kresnayana Yahya, pakar statistika ITS. Mengoreksi presentasi Richard, Kresna menegaskan bahwa metode dari The Pew Global Attitude Project belum tentu efektif jika diterapkan di Indonesia. Alasannya, maraknya money politik di negeri ini bisa mengakibatkan tak validnya data hasil polling, terutama jika polling melibatkan figur tokoh partai atau pemerintahan. "Belum lagi adanya pengaruh figur kharismatik yang dijadikan panutan masyarakat semisal tokoh agama," tegas Kresna.

Tingkat pendidikan masyarakat menentukan tingkat keberhasilan dan keakuratan polling itu sendiri. Kresnayana mencontohkan polling yang diadakan menjelang pemilihan bupati di Bojonegoro, Jawa Timur. ’’Ada tiga lembaga yang mengeluarkan polling, dan hasilnya tiga-tiganya berbeda semua,’’ujarnya.

Sehingga hasil polling tidak bisa dijadikan acuan calon mana yang terkuat untuk menduduki posisi bupati. Selain hasil polling, money politic masih kental mewarnai pemilihan pemimpin di Indonesia. ’’Jangan lupa di sini ada faktor kata Kyai juga. Walaupun hasil poling terhadap calon itu tinggi, kalau sang Kyai bilang jangan pilih itu ya nggak akan jadi,’’tambahnya.

Dapat diterapkannya polling sebagai alat survei di negara maju, imbuh Kresna, lebih dikarenakan struktur masyarakat kota besar yang mudah dikenali dan mereka cenderung terbuka. "Tidak seperti di Indonesia yang masih rentan akan isu etnis dan religi," tukas Kresna.

Kunjungan The Pew Global Attitude Project ke ITS ini menurut Dr Edi Sujono, ketua Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah (UP3) ITS sekaligus sebagai moderator dialog, merupakan hal yang lumrah. Meski pernah melakukan polling di Indonesia, mereka juga ingin tahu seperti apa model survei di Indonesia.

Kenapa memilih ITS? Edi menegaskan hal ini tak lepas dari track record ITS sendiri yang pernah melakukan aktifitas survei seperti pemilihan walikota beberapa waktu lalu. "Bahkan kita juga sering mengirim mahasiswa untuk melakukan survei pada sekup-sekup yang rentan yang mungkin dapat menimbulkan konflik. Dan kita juga berhasil," ujar Edi.(f@y/jie)

Berita Terkait