Selama ini mendapatkan akreditasi internasional bagi perguruan tinggi adalah sebuah prestige. ’’Kami sudah mendapatkan international recognition dari Washington Accord,’’jelas Prof Hassan Basri, Director Centre for Research & Innovation Management UKM.
Salah satu cara memperoleh pengakuan ini adalah dengan adanya pengkoordinasian alumni secara terpadu. Sebab, tingkat keberhasilan alumni merupakan salah satu tolok ukur dalam mendapatkan international recognition. â€Seorang insiyur di Malaysia wajib mendaftarkan diri sebagai graduate engineer ke BEM (red – Board of Engineering Malaysia),†tambahnya.
Kesuksesan perguruan tinggi, menurut dia, adalah seberapa besar lulusannya mampu diserap di lapangan kerja tidak hanya lokal namun internasional. Persaingan era globalisasi yang semakin ketat tak cukup ditaklukkan dengan bekal ilmu yang didapatkan selama bangku perkulihan. ’’Terjun ke dunia kerja tidak cukup hanya berbekal ijazah,’’lanjutnya. Keterbatasan ini bisa disiasati, antara lain dengan memiliki international recognition oleh WA.
WA merupakan suatu pengakuan internasional bagi sarjana teknik yang berdiri sejak 1989. Dalam pemaparan yang diselingi diskusi ini, Hassan menjelaskan bahwa pengakuan yang diberikan oleh WA adalah tingkat individu dan program studi atau jurusan. Dengan syarat individu, program studi atau jurusan berasal dari perguruan tinggi yang telah terakreditasi.â€ITS mempunyai peluang besar dalam Washington Accord,†cetus Hasan.
Nilai lebih yang didapatkan ketika tergabung dalam Washington Accord, selain mendapatkan pengakuan internasioal juga memberikan keyakinan pada stakeholder. Karena ini sebagai jaminan bahwa perguruan tinggi ini baik. Sayangnya, perguruan tinggi tidak dapat mengajukan diri secara langsung untuk mendapatkan WA. ’’Akreditasi dari Washington Accord ini harus diajukan oleh lembaga akreditasi negara, seperti Badan Akreditasi Nasional jika di Indonesia,’’tambahnya. ITS tidak bisa mengajukan sendiri kepada WA untuk melakukan akreditasi.
Tidak ketinggalan, UKM juga mengajukan kerjasama yang bisa dilakukan dengan ITS. Antara lain research scholarship dan postdoctoral fellowship.Menanggapi hal tersebut, Ir. Eko Budi Djatmiko MSc PhD Pembantu Rektor IV ITS mengatakan peluang ini akan dimanfaatkan sebesar-besarnya, bisa mengkombinasikan riset ITS dan UKM guna menghadapi masalah bersama. ’’Sudah menjadi program kami untuk mendapatkan Washington Accord dan juga Sidney Accord,’’katanya.
Karenanya, Eko sangat antusias UKM mau berbagi pengalamannya mendapatkan akreditasi dari WA ini. Setelah mendapatkan pemaparan, Eko menyatakan kendala ITS untuk memperoleh WA adalah ITS tidak dapat mengajukan WA sendiri. ’’Kita hanya bisa menunggu BAN untuk mengajukan itu,’’ujarnya. Meski begitu, Eko optimis ITS bisa mendapatkan international recognition melalui lembaga lain yang juga berkompeten untuk itu. ’’Kita tunggu upaya pemerintah hingga tahun depan. Jika tidak kita akan mencari lembaga lain,’’lanjutnya.
Hal serupa juga diamini oleh Ir. Eddy S Soedjono PhD. Dosen Teknik Lingkungan ini mengatakan program beasiswa S2 dan S3 yang nantinya diberikan adalah joint supervision. Dimana mahasiswa akan memiliki pembimbing dari dua negara sekaligus Indonesia dan Malaysia. ’’Ini membuktikan Indonesia dipandang memiliki mutual trust,’’pungkasnya.(Humas/jie)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus mendukung kemajuan teknologi dan pendidikan Indonesia. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Tim riset kendaraan hemat energi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melebarkan sayapnya di kanca
Kampus ITS, ITS News — Kesejahteraan tenaga pendidik, khususnya guru honorer, di Jawa Timur masih membutuhkan perhatian serius. Menyadari pentingnya
Kampus ITS, ITS News — Tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan