Kalau akan mengurai masalah yang terjadi di negeri ini, mungkin tak akan ada ujungnya. Ruwet dan semakin rumit saja. Bencana datang bertubi – tubi, wakil rakyat sibuk dengan misi golongannya sendiri, pendidikan tak diperhatikan, korupsi merajalela, semua tak jelas kapan bisa terselesaikan. Semoga tidak menjadi keputus-asaan bila kita mengingat setiap masalah yang melanda negeri ini. Banyaknya persoalan yang datang bukanlah suatu alasan untuk kita tinggalkan.
Keheranan semakin terhenyak saat tempe, makanan khas wong cilik, mulai menghilang dari peredaran. Ujian apalagi yang harus diterima wong cilik di negeri ini? Akankah lauk mereka sehari-hari juga akan menghilang? Tak cukupkah penderitaan yang sudah mereka terima ?
Pemerintah pun harus khusus membahas masalah kelangkaan tempe ini. DPR juga dibuat pusing, harga bahan baku tempe melambung tinggi, banyak pengusaha tempe gulung tikar. Demonstrasi menggelombang dimana-mana menuntut tanggung jawab pemerintah. Alhasil, akhirnya pemerintah negara yang gemah ripah loh jinawi harus impor bahan "makanan khas rakyat kecil" ini.
Namun demikian, pandangan akan berubah seketika saat melihat wakil rakyat negeri ini. Di saat harga bahan baku tempe melambung tinggi, gaji anggota dewan juga tak kalah tingginya. Bahkan usulan kenaikan gaji tetap saja digulirkan.
Ketahuilah, bahwa setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Setiap kepala negara adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas kepemim-pinannya. Seorang pria (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang wanita (istri) adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab atas mereka. Seorang pelayan/hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ketahuilah, bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan masing-masing harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. [HR. al-Bukhari Muslim].
Dengan tanpa maksud mengurangi rasa hormat kepada pemimpin negeri ini, pejabat adalah abdi masyarakat. Bila masyarakat sengsara, maka pejabat-lah yang paling besar tanggung jawabnya. Namun demikian, mengapa begitu banyak orang yang menggadaikan segala sesuatunya demi jabatan? Semoga kita tetap dalam lindunganNYA.
Mungkin sudah usang, keluhan-keluhan seperti diatas. Keluhan yang selalu berulang setiap waktu. Karena tak tentunya nasib rakyat kecil di negeri ini, semuanya akan selalu mengeluh, bahkan semua menuding ini semua kesalahan pemerintah. Kenapa tempe mahal?Kenapa minyak mahal? Kenapa yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin menumpuk harta?
Bersama Bangkit
Kalau masalah tempe saja pemerintah sudah kerepotan, seharusnya pemerintah mulai introspeksi, kenapa negara dengan tanah yang begitu subur rakyatnya kebingungan mencari bahan pangan. Bahkan sebuah institusi pendidikan juga telah didirikan khusus untuk pertanian, namun kenapa masalah pangan juga belum terselesaikan? Adakah yang salah?
Umar bin Khathab pernah berkata kepada rakyatnya, “Barang siapa yang melihat ada kebengkokan pada diriku maka luruskanlah.†Lantas salah seorang menyambutnya dengan mengatakan, “Andaikan kami melihat sesuatu kebengkokan pada dirimu, maka kami akan meluruskannya dengan pedang kamiâ€, Umar pada saat itu hanya mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dalam umat Muhammad orang yang mau meluruskan yang bengkok pada diri Umar dengan mata pedangnya.â€
"Pedang-pedang" itu kini telah banyak terhunus, mencoba meluruskan yang telah bengkok terhadap pejabat negeri ini. Namun demikian "pedang-pedang" itu terlalu rapuh untuk melawan kekuatan hawa nafsu para pejabat masa sekarang.
Belajar pada sejarah mungkin saja dapat menyelesaikan semua permasalahan ini. Dimana saat pemimpin abadi umat di jagat ini. Rasulullah Muhammad masih memimpin, pemerintah betul-betul memahami apa arti sebuah pengabdian. Rakyatnya patuh, karena memang pemimpinnya adalah tauladan. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuat membantu yang lemah, pemerintah dengan sepenuh hati mengabdi kepada rakyat, semua sistem berjalan dengan baik. Walaupun tak akan dapat menyamai keadaan itu, namun setidaknya kita semua belajar meniru, dan mencoba untuk dapat selalu bermanfaat bagi orang lain.
Tak ada gunanya untuk masa sekarang saling menuding. Karena memang hukum sudah carut marut. Suap menyuap di balik meja hijau bukanlah hal yang tabu lagi. Sudah lama penegakan supremasi hukum menjadi tantangan utama pemerintah dalam membangun negeri ini. Semoga saja semua pejabat diberikan cahaya hidayah untuk dapat memimpin negeri ini. Semoga selalu terjalin sinergisitas antara pemerintah dan pemangku kepentingan (stake holders) terkait yang lainnya.
Saat para pejabat menjalankan peran dan fungsinya untuk melayani dan mengabdi kepada masyarakat, itulah masa-masa kesejahteraan masyarakat. Saat ada pemimpin – pemimpin negara yang rela memanggul beras di tengah malam untuk dihantar kepada janda tua yang kelaparan, itulah masa-masa kesejahteraan masyarakat itu akan datang.
Saat si kaya tak lagi egois, dan terus menginfaq-kan hartanya untuk memenuhi kebutuhan si miskin, saat yang kuat membantu yang lemah, saat sinergisitas itu terwujud, maka masa-masa kesejahteraan masyarakat itu akan datang.
Semoga tempe tak hilang dari bumi Indonesia. Ia adalah simbol kesederhanaan, kejujuran, serta kondisi masyarakat negeri ini. Semoga pemimpin-pemimpin negeri ini memahami dan dapat menjalankan amanah dengan baik untuk kesejahteraan rakyat. Amiin.
Marji Wegoyono
Jurnalist ITS Online
Aktivist Malang Satoe
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi