ITS News

Jumat, 27 September 2024
16 Februari 2008, 09:02

UKM Penalaran Bahas Politik

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ada pemandangan yang tidak biasa ketika memasuki kawasan kampus ITS, Jum’at (13/2). Di sepanjang jalan menuju Gedung SCC, terdapat beberapa penunjuk jalan yang berupa kertas dengan tanda panah bertuliskan: Seminar “Sistem Demokrasi di Indonesia dan Calon Independen (Kajian Terhadap Revisi UU No.32 Tahun 2004)”.

Suasana ramai yang terlihat di Gedung SCC merupakan jawaban dari penunjuk jalan tersebut. Semua orang, baik yang berasal dari kawasan masyarakat seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) maupun kalangan mahasiswa terlihat antusias memenuhi Gedung SCC lantai tiga. Mereka terlihat serius memperhatikan uraian yang diberikan oleh para pembicara dalam Seminar “Sistem Demokrasi di Indonesia dan Calon Independen (Kajian Terhadap Revisi UU No.32 Tahun 2004)”.

Seminar yang digelar UKM Penalaran ini merupakan seminar yang mengkritisi tentang revisi UU No. 32 tahun 2004 tentang calon independent dalam Pilgub (Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur) Jatim yang akan digelar (23/7) mendatang. Dalam seminar ini turut hadir Ach. Firdaus Fibrianto,SH selaku Komisi A DPRD Jatim, Andrinof A Chaniago,Msi selaku pengajar mata kuliah ekonomi – politik dan kebijakan publik di Universitas Indonesia, sekaligus peneliti pada The Habibie Center dan Center for Indonesian Regional and Urban Studies. Selain itu, turut hadir pula praktisi independent yang sempat mencalonkan diri menjadi bupati Nganjuk, Ir. Totok.

Peralihan sistem demokrasi dalam Pilgub yang mengalami pergantian dari sistem partai politik menjadi calon independent merupakan topik utama seminar ini. “Kami mengangkat topik ini karena sekarang lagi booming tentang calon independent gubernur,” papar Nur Ana selaku ketua UKM Penalaran.

Dalam seminar ini, terungkap kekhawatiran masyarakat tentang Pilgub yang merupakan ajang pengekspresian pilihan mereka. Mereka mengkhawatirkan tentang isu perlunya calon independent yang hanya menjadi kepentingan tokoh yang gagal memperoleh tiket Pilkada dari partai politik, politisi yang gagal memperoleh tiket Pilkada, dan politisi yang partainya belum boleh bertanding di arena Pilkada.

Para peserta yang rata-rata terdiri dari kalangan mahasiswa pun antusias bertanya pada ketiga pembicara yang berasal dari kalangan politik tersebut. Mereka mengajukan pertanyaan – pertanyaan terutama ditujukan pada Ir. Totok yang sempat menceritakan kegagalan dirinya maju menjadi Bupati Nganjuk hanya karena kendala biaya.(nrf/jie)

Berita Terkait