ITS News

Jumat, 27 September 2024
20 Februari 2008, 10:02

Ayo, Bersatu Bangun Bahari

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seminar yang termasuk dalam rangkaian acara Ocen Silver Celebration Victory (OSCV) ini menghadirkan pembicara dari berbagai bidang yakni akademisi, peneliti serta pihak industri. Melalui seminar ini diharapkan dapat membuahkan solusi tepat guna dan aplikatif bagi pengembangan sumberdaya bahari nusantara.

Wilayah Indonesia dua per tiganya terdiri dari lautan dan lautan Indonesia memiliki banyak keunikan yang tidak di temui di tempat lain. Maka dari itu, lautan Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar jika dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Dalam pembukaan, Ir Djauhar Manfaat MSc PhD mengingatkan tentang keadaan perairan nusantara yang makin memprihatinkan. Djuhar mengatakan, Indonesia ada banyak terjadi kasus pencurian ikan, pembajakan kapal dan juga banyak kapal asing membuang sampah di perairan Indonesia. “Jika problem ini tak segera di atasi maka akan banyak kerugian yang kita alami," tutur Dekan FTK tersebut.

Pembicara selajutnya, Dr Ir Wahyudi MEng memaparkan dampak global warming terhadap laut. Ketua Pusat Studi Kebumian dan Bencana LPPM ITS ini mengungkapkan, tiap tahun permukaan air laut naik secara perlahan karena dampak dari pemanasan Global.

"Jika terus dibiarkan maka beberapa puluh tahun lagi semua kota besar di dunia akan tenggelam," Jelas Dosen jurusan Teknik Kelautan ini. Ada beberapa solusi yang ditawarkan olehnya untuk menanggulangginya. Diantaranya, pengurangan emisi gas rumah kaca, perbaikan siklus hidrologi dan perlindungan pantai.

Ditemui di sela acara Ir Murdjito MSc Eng selaku Ketua jurusan Teknik Kelautan mengungkapkan tujuan dari diadakannya seminar ini ”Supaya Ketiga bidang dapat bersinergi mengembangkan sumber daya bahari Nusantara dan agar mahasiswa dapat berkontribusi langsung menurut bidangnya masing–masing,” jelasnya.

Seminar yang merupakan acara pembuka OSCV ini terbilang berhasil, terbukti dengan di penuhinya Ruang seminar FTK oleh peserta yang berasal dari Mahasiswa dan beragam Instansi pemerintah.

Pengusaha rumput laut berbagi kisah
Selain akademisi dan peneliti, tampil juga Muhammad Misbakhun seorang pengusaha rumput laut sebagai pembicara. Misbakhun tergolong pengusaha yang cukup sukses, buktinya produk yang di hasilkannya dapat menembus pasar Internasional. “Tidak terpikirkan oleh saya akan menjadi seorang pengusaha rumput laut, lha wong saya kuliah ambil jurusan akuntansi," katanya.

Menurut Misbakhun, potensi laut Indonesia belum sepenuhnya tergarap. Sebagai contoh, ia menjelaskan, Indonesia hanya jadi peringkat nomer dua produsen rumput laut di dunia. Kalah dengan Chilli. Padahal Indonesia memiliki garis pantai yang lebih panjang daripada Chilli. Untuk itu, Misbakhun berpesan, agar masyarakat lebih jeli dalam melihat peluang. "Potensi kelautan Indonesia masih belum terolah maksimal," katanya.

Dalam data yang disajikannya, jika rumput laut dijual dalam bentuk bahan baku harganya hanya sekitar 14 dollar Amerika per kilogram tapi jika sudah diolah dan menjadi barang siap pakai harga rumput laut akan mengalami kenaikan menjadi 200 dollar per pon. ”Dapat dilihat terdapat gap yang besar, selama ini Indonesia hanya mampu mengekspor rumput laut dalam bentuk mentah saja, karena di Indonesia sendiri belum ada riset yang mendalam tentang Rumput laut," paparnya.

Misbakhun juga menghimbau agar pihak-pihak terkait di Indonesia segera bersatu bekerjasama mengembangkan potnsi bahari. “Saya melihat di Indonesia masih terdapat keegoismean lembaga selama ini, dalam arti Perguruan tinggi, Pemerintah dan swasta yang melakukan riset sendiri–sendiri. Sebagian besar merasa bahwa mereka yang paling ahli dalam suatu bidang," keluhnya mengakhiri.(az/asa)

Berita Terkait