ITS News

Jumat, 27 September 2024
27 Februari 2008, 07:02

Pekan Mekanika, Bersaing Ciptakan Energi Alternatif

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kompetisi energi alternatif ini merupakan rangkaian dari acara Pekan Mekanika II dan baru kali pertama dihelat di ITS. ”Dalam kompetisi ini, kriteria yang dinilai adalah efektivitas serta nilai guna dari bahan alternatif hasil kreasi peserta tersebut,” ungkap Rizal Nur Rahman, ketua panitia, saat ditemui ITS Online di sela kompetisi.

Setelah melalui hasil seleksi proposal, sembilan proposal tersaring untuk berhak mengikuti babak final untuk mempresentasikan karyanya. Proposal tersebut di antaranya berjudul Produksi Energi Listrik dari Limbah Rumah Potong Hewan sebagai Microbral Fuel Cell (MFC) dari Universitas Indonesia (UI), Energi Alternatif dari Limbah Keju (Whey) dari Universitas Surabaya (Ubaya), Biodiesel Kacang Tanah sebagai Bahan Bakar Alternatif dari ITS.

Tim tuan rumah ITS pun tak mau ketinggalan menampilkan
kreasinya. Diwakili dua orang mahasiswa dari Teknik Mesin, mereka menampilkan karya biodiesel dengan bahan baku kacang tanah. ”Setelah diolah menjadi bahan bakar, ampas dari kacang tanah tersebut juga dapat digunakan sebagai kue kacang tanah nantinya,” kata Rendy Gamal Naser, yang hadir didampingi rekannya Agus Supriadi.

Terinspirasi oleh penemu mesin diesel, Rudofl Diesel, Rendy Mahasiswa ITS angkatan 2003 ini memperoleh ide membuat biodiesel dari kacang. ”Rudofl Diesel bilang, kalau semua minyak nabati dan hewani dapat dibuat bahan bakar organik.
Untuk itu kami mencoba kacang tanah,” paparnya.

Namun, menurut mereka ada beberapa kekurangan dalam penelitian ini. ”Kami belum sempat mengujikan banyak faktor yang menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Hanya densitas dan nilai kalor saja yang kami ujikan. Didapat nilai
densitasnya 0,8 dan 37 mega joule untuk nilai kalornya,” jelasnya.

Energi listrik dari mikroba hasil kreasi Mahasiswa UI ini menggunakan air limbah rumah potong hewan sebagai media kultur bakteri. ”Air limbahnya kami diamkan selama 2 minggu, agar semakin banyak bakteri yang hidup dalam media tersebut,” papar Alex Lukmanto S, anggota tim Mahasiswa UI.

Bersama dua rekannya, Cristina Natalia Wijaya dan Sara Ayu Sekarini, Alex menerangkan bahwa untuk mengalirkan elektron yang telah dikeluarkan oleh mikroba tersebut, ia harus membuat sendiri karbon aktif sebagai kutub anoda penghantar elektron tersebut. ”Kami membuat sendiri kutub anoda ini, karena penghantar kami ini mempunyai pori-pori khusus untuk menangkap elektron,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah bakteri hanya bisa didapatkan dari air limbah potong hewan saja. Alex mengaku bahwa sebenarnya banyak media yang bisa menghasilkan bakteri. Namun ia memilih air limbah karena bakteri dari air limbah tersebut dapat hidup dalam suhu ruang. Agar bakteri-bakteri tersebut tetap hidup, maka ia perlu diberi makanan. ”Kami memberi mereka glukosa agar tetap hidup. Dari sekitar 75 ml air limbah didapatkan 0,055 volt,” imbuhnya.

Selain ITS dan UI, beberapa universitas lain juga turut meramaikan kompetisi ini. Antara lain adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Surabaya (Ubaya), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, serta Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Jogjakarta. (yud/th@/han)

Berita Terkait