ITS News

Jumat, 15 November 2024
05 Maret 2008, 11:03

Cemilan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Jika Anda masuk dari pintu utama yang berseberangan dengan masjid Manarul Ilmi, pertama-tama Anda akan disambut oleh kafe yang menawarkan makanan cepat saji di sebelah kiri dan di sebelah kanan sebuah stan makanan Indonesia dengan harga di atas rata-rata kantong mahasiswa. Tampak beberapa mahasiswa dan karyawan duduk bercengkerama dengan asyik. Para pengunjung mengunyah makanannya perlahan, sepotong demi sepotong, seakan diawasi oleh pengajar table manner dari John Robert Power yang ketat luar biasa.

Selain harus dirayakan dengan sukacita, pergeseran fungsi SCC menjadi sentra cemilan ini juga menyisakan sedikit keresahan. Keresahan itu datang dari seorang rekan yang aktif di sebuah UKM kewirausahaan. Dia mengatakan bahwa kantornya yang terletak di SCC praktis tidak bisa dipakai lagi. “Mau gimana lagi, wong kita para mahasiswa ini kuliah sampe sore, sedangkan malam SCC ditutup, lha trus kita ini aktifnya kapan?,” ujarnya setengah memaksa. Barangkali keresahan ini tidak hanya diresahkan oleh kawan saya sendiri. UKM lain yang memimpikan SCC sebagai pusat kegiatan mahasiswa dan tempat ngendonnya para aktivis pasti bertanya-tanya tentang perubahan fungsi ini. “Yaa kalo memang buat kafe, mending singkatannya diganti jadi Student Cemilan Center aja!,” ujar rekan saya tadi.

***
Setelah jalan-jalan singkat ke dalam, saya pun urung untuk makan. Uang di kantong yang limaribu perak ternyata tidak cukup untuk memesan nasi goreng di SCC. Uang limaribu itu ternyata cukup untuk membeli sepiring penuh nasi rames di kantin pusat plus es teh lagi. Pemandangan di kantin pusat pun sangat berbeda. Di sini lebih rame, lebih cair, dan lebih hidup. Saya bisa liat wajah-wajah mahasiswa yang riang dan kepanasan kuah soto.

Bisa jadi selama ini kantin adalah pusat dari segala aktifitas mahasiswa ITS. Bangunan dengan arsitektur gaya Jengki ini telah menjadi rumah kedua bagi beberapa aktivis UKM. Rumah yang teduh bagi UK Fotografi, Kopma dan PSM. Rumah yang dinamis bagi Siklus dan rumah yang rimbun bagi Pramuka. Kantin juga menjadi tempat yang asyik untuk bercengkerama dan berdialektika. Seperti yang kita tahu bahkan di malam-malamnya, kantin pusat selalu ramai dengan mahasiswa, mulai dari yang berdiskusi ringan hingga ngerjain laporan. Kantin yang kita miliki adalah kantin yang humanis dan terbuka.

Saya jadi takut apabila suatu saat mahasiswa ITS tidak lagi memiliki tempat yang kondusif unuk berkegiatan. Bagaimana jadinya mahasiswa ITS jika tidak memiliki tempat untuk menyalurkan hobi dan bakat? Apakah mereka hanya akan menjadi robot yang menelan rumus-rumus saja? Dan sebenarnya di pundak SCC lah harapan ini digantungkan.

***
Saat melintas ingin menuju jurusan, saya bertemu dengan rekan yang sudah saya ceritakan di awal. Saya lalu menyapanya,”Gung, katanya chicken katsu sama spaghetti di SCC enak lho! Nyoba yuk!,” dengan malas ia menyahut,”Ah masa bodo! Yang penting aku mau kantor!,” saya pun melengos pergi.

Ayos Purwoaji
Mahasiswa Despro ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Cemilan