ITS News

Jumat, 27 September 2024
07 April 2008, 08:04

Pengolahan Sampah di Surabaya Belum Penuhi Standar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Setelah sukses menggelar lomba recycling yang meluapkan kreatifitas siswa SMA untuk mengolah sampah dan limbah menjadi barang berguna, Himatekk menggelar Seminar For Saving Our Earth 2008. Selain itu, juga mengajak civitas akademika dan siswa SMA untuk menanam pohon.

Acara penutupan rangkaian Voucher (Voice of Chemical Engineering) dibuka langsung oleh Ketua Jurusan Teknik Kimia, Dr Ir Tri widjaja MEng. Seminar yang mencoba merubah paradigma lingkungan hidup sehat tidaklah susah ini, sekaligus digunakan sebagai ajang promosi jurusan. "Kita sengaja mengundang adek-adek SMA biar tertarik dan senang dengan Teknik Kimia," ungkap Tri.

Tri menjelaskan, jurusannya sangat konsisten dalam permasalahan lingkungan. "Kita memiliki displin ilmu itu, misalnya untuk mengolah limbah hasil produksi pabrik," ujar pria berkacamata ini. Mengambil tema lingkungan, imbuh Tri, merupakan upaya mewujudkan Indonesia sehat dan hijau.

Materi seminar pertama disampaikan Prof Dr Yulinah Trihadiningrum MApp Sc yang membawakan tajuk persoalan sampah di Kota Surabaya. Diawal pemaparannya, Yulinah mengungkapkan pengertian dan perbedaan sampah dan limbah. "Kalau sampah itu dapat kita kategorikan padat dan semipadat, tapi limbah bisa padat, cair, dan gas," terang dosen Teknik Lingkungan ITS ini.

Yulinah menjelaskan, dampak sampah sendiri tidak selamanya merugikan, namun dilihat dari segi bisnis sampah merupakan prospek yang menjanjikan. "Saya punya kenalan yang mengolah sampah dengan benar dan tentunya dengan teknologi. Mereka sekarang lebih sukses dari saya, rumahnya saja lebih besar dari rumah saya," cerita Yulinah.

Selain berprospek baik dalam bisnis, lanjutnya, kita jangan terlena dan sembarangan mengolah sampah. Menurut Yulinah, pengolahan sampah di Surabaya masih belum memenuhi standar apabila masih mempertahankan sistem Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terbuka. "Sebab, jika dibiarkan terus gas metana hasil penguraian bakteria mampu mengakibatkan efek rumah kaca dan gas ini 21 % lebih bahaya dari karbon dioksida," jelasnya panjang lebar..

Dampak penumpukan sampah, tandas Yulinah, mengakibatkan lahan yang dijadikan TPA  akan tercemari hingga 25 tahun setelah TPA itu ditutup. "Makanya dengan sistem itu kita akan menambah lahan tak produktif," komentar wanita berjilbab ini. Yulinah mengungkapkan solusi yang baik adalah dengan 4R yaitu reduce, reuse, recycle dan recovery.

Sebelumnya, untuk mengisi waktu luang, panitia menggelar lomba Menutup Lubang Ozon. Game yang menganalogikan upaya seluruh manusia untuk mengatasi global warming ini, mewajibkan peserta melilitkan tisu ke seluruh tubuh yang dianalogikan sebagai lubang ozon. Melihat aksi game tersebut, mengundang riuh ruangan, karena lilitan tisu menutupi seluruh tubuh pemain sehingga menyerupai mumi. (fn/th@)

Berita Terkait