Saya pribadi sebagai wong cilik di kampus ini jujur saja sudah jengah. Jenuh dengan Pemira yang seperti itu-itu saja. Tidak ada inovasi, tidak ada suatu hal yang berbeda. Sama. Ujung-ujungnya yang menang itu-itu juga, lalu chaos, lalu menjabat, lalu LPJ, lalu demisioner. Begitu saja setiap tahun. Toh, dari dua masa jabatan yang saya rasakan masih belum banyak -jika tidak mau dibilang tidak ada- perubahan yang dicapai. PIMITS semakin tidak menarik, LMB masih saja sekarat, gamelan yang ada di bawah tangga Rektorat pun semakin banyak sawangnya, bahkan mobil tenaga surya yang dulu jadi pujaan kini malah nangkring menemani gamelan. Kesepian.
Apa mungkin demokrasi di kampus ini sudah mati? Seperti kata John Perkins dalam bukunya, Confessions of an Hit Man, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah rekayasa belaka. Semua hal bisa saja direncanakan; perang saudara, jatuhnya rezim politik, resesi keuangan global, bahkan pencalonan ketua RT. Tentu saja rekayasa atau konspirasi ini tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh sistem yang solid dan backup finansial yang kuat. Sistem yang solid memungkinkan sebuah gerakan untuk menjaga garis trah yang dimilikinya agar tetap ‘lurus’, sedangkan backup finansial jelas dibutuhkan untuk media kampanye seperti poster, spanduk, dan stiker. Dua hal ini memungkinkan siapa saja yang menggunakan kereta politiknya dengan benar untuk dengan mudah mencapai tujuannya.
***
Tetapi perlu dinggat bahwa bumi senantiasa berputar. Segala sesuatunya berubah, bukankah yang abadi di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Itu yang dituliskan Rhenald Kasali dalam bukunya Change! dan Re-code Your Change DNA. Rhenald mengatakan bahwa perubahan adalah sesuatu yang mutlak dan alamiah. Setiap insan yang berakal pasti menginginkan perubahan. Bahkan lebih ekstrim dikatakan oleh Evelyn Waugh; Perubahan adalah pertanda kehidupan! Sesuatu belum dikatakan mati apabila selalu ada perubahan yang terjadi dalam organ yang dimiliki. Maka dialektika adalah suatu hal yang mutlak ada.
Perubahan sendiri tidak akan terjadi jika tidak didorong oleh motivasi yang tinggi dari sekelompok orang untuk berubah. Dibutuhkan cendekiawan yang berani meninggalkan posisi nyaman untuk bergerak kedalam lautan pilihan yang terbentang. Lihat saja bagaimana perjuangan mahasiswa angkatan 98 dalam menggulingkan rezim status quo. Atau mungkin cerita tentang ribuan biksu buddha di Myanmar, gerakan people power di Filipina, atau bahkan heroisme Mahmoud Ahmadinejad yang berani melawan hegemoni Amerika Serikat yang berada pada posisi penguasa dunia. Dominasi tetap dapat digulingkan, seberapapun kuatnya hegemoni yang diberikan.
Bahkan berada terlalu lama dalam status quo sendiri dapat menjadi sebuah bumerang. Kita jadi tidak bisa melihat permasalahan secara holistik, tidak lagi objektif, dan gerak pun bisa jadi lambat akibat perut yang selalu kekenyangan.
Percayalah, perubahan adalah suatu hal niscaya. Tinggal sikap kita yang masih tetap ingin meringkuk di zona nyaman atau berusaha mencari kesesuaian dengan dunia yang senantiasa mencari khalifah-khalifah baru yang dinamis dan mau bergerak.
***
Seperti halnya Pemira, sudah selayaknya ini menjadi even yang mampu mengubah kejumudan kehidupan kampus yang ada saat ini. Menjadikan BEM dan Keluarga Mahasiswa menjadi organ yang segar dan kembali bergairah. Tetapi bagaimana mungkin ini akan tercapai seandainya greget Pemira tidak terasa hingga level mahasiswa yang paling bawah? KPU sebagai badan yang melaksanakan pemilu raya ini sebisa mungkin mencari cara mengembalikan euforia masyarakat kampus untuk berpartisipasi dalam Pemira kali ini.
Mahasiswa ITS sendiri haruslah sadar bahwa ini lah saatnya bagi kita untuk mencari sosok pemimpin ideal yang kita idamkan. Tidak harus yang berbadan tegap, berhidung bangir, atau berjenggot seksi. Namun lihat bagaimana visi yang akan dijalankan dan bagaimana program kerja yang ditawarkan, dan pilihan pun tetap berada di kedua tangan Anda masing-masing. Akhir kata saya hanya dapat berpesan untuk sama-sama bagi kita untuk menyongsong wajah baru dan semangat baru, mari kita buka tangan kita untuk datangnya perubahan yang lebih baik. Selamat memilih! Selamat berpartisipasi!
Wallahua’lambisshowab.
Ayos Purwoaji
mahasiswa Despro ITS
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi