ITS News

Jumat, 15 November 2024
09 Mei 2008, 08:05

Peringatan 10 Tahun Reformasi, KAMI Juga Pelaku Sejarah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Agak tercengang juga, karena nama KAMI bersanding dengan nama-nama organisasi pergerakan mahasiswa yang sudah mapan seperti HMI faksi MPO, KAMMI, GMKI, Forkot, GMNI, Famred, LMND dll. Sementara itu, nama Senat Mahasiswa (SM) ITS tidak tercantum, padahal Keluarga Mahasiswa (KM) ITB, Dewan Mahasiswa (DEMA) UGM, Forum Komunikasi Senat Mahasiswsa se-Jakarta (FKSMJ) dan KBM IPB terpampang jelas. Coba untuk berkhusnudzon, mungkin Wepe kelupaan ketika menyunting nama SM ITS atau SM ITS lupa kirim press release aksinya.

Setelah saya telusuri, saat itu KAMI tergabung dalam Arek-Arek Pro Reformasi. Aksi-aksinya ketika reformasi terekam dalam pernyataan sikap di beberapa media massa dan situs LSM. Tiga pernyataan sikapnya ketika orde baru jatuh antara lain melaksanakan sidang istimewa, segera menentukan kepemimpinan nasional dan menyelesaikan permasalahan ekonomi.

Bernostalgia Sejenak
Ketika reformasi bergulir pada tahun 1998, pergerakan mahasiswa telah terbagi menjadi tiga kelompok besar. Hal itu diakibatkanNormalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) produksi menteri pendidikan kabinet pembangunan III, Daoed Joesoef, untuk membungkam aksi kritis mahasiswa terhadap pemerintah berkuasa.

Kelompok pertama adalah mereka yang bergerak dari jalur resmi intern kampus yaitu senat mahasiswa. Mereka berdiri sebagai reaksi atas dibubarkannya Dewan Mahasiswa (DM) sebagai pelaksanaan NKK/BKK yang ketika itu menjadi momok menakutkan bagi pemerintah berkuasa. Bahkan DM UI, ITB dan UGM masuk ke dalam blacklist aparat keamanan saat itu.

Kelompok kedua adalah Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (ORMEK). Aktivisnya adalah orang-orang yang disingkirkan orde baru untuk bergerak di luar kampus karena menentang NKK/BKK. Umumnya mereka bersikap oposan, menjalani politik aliran, pergerakannya radikal dinamis dan memiliki jaringan antar kampus yang kuat.

Sedangkan yang terakhir adalah kelompok mahasiswa yang menyetujui NKK/BKK dan kooperatif terhadap pemerintah berkuasa ketika itu. Mereka biasanya ikut menggabungkan diri dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Karena sudah menjadi hal yang lumrah saat itu, ketika berhasil masuk ke KNPI maka duduk di Senayan tinggal menunggu waktu.

KAMI Juga Pelaku Sejarah!
Sebenarnya KAMI yang dimaksud pada judul diatas adalah kita yang sekarang menjadi mahasiswa. Dahulu ketika peristiwa reformasi itu berlangsung, memang rata-rata dari kita masih duduk di bangku SD atau SMP. Namun semangat juang ketika itu juga merasuki tubuh kita.

Masih tersimpan di memori saya ketika aksi penjarahan dan pembakaran berlangsung di setiap sudut kota Jakarta. Saya memang lahir dan besar disana. Suasana sangat tidak menentu. Jakarta menghadapi chaos, harga-harga melambung tak terjangkau, demonstrasi dimana-mana, hukum tak berfungsi dll. Jangan pikir apa yang kita makan besok. Karena semuanya semerawut dan tidak menentu, manusia sudah kehilangan kendali. Dinding yang membisu menjadi saksi ketika grafiti ikut berbicara disana.

Ketika itu, rakyat Indonesia memusatkan perhatiannya pada TV yang menampilkan perjuangan heroik mahasiswa se-Indonesia. Perkembangan mulai dari tragedi Trisakti (12 Mei) lalu pendudukan gedung DPR/MPR (18 Mei) dan sampai akhirnya Alm. Soeharto lengser menjadi peristiwa yang tak terlewatkan.

1908-1928-1998-2008, Tahun Berubah, Keadaan Sama
Tahun ini menjadi momen yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Tahun ini akan banyak perayaan, antara lain 100 tahun kebangkitan bangsa, 10 tahun reformasi, dan 80 tahun sumpah pemuda. Bahkan perayaan 100 tahun Harkitnas tanggal 20 Mei nanti akan dirayakan besar-besaran di Gelora Bung Karno (baca Kompas.com). Kira-kira kalau uang perayaan itu dibelikan es kopyor di depan manarul dapat berapa kolam ya?.

Sepertinya, syair Taufik Ismail yang berjudul Aku Malu Jadi Orang Indonesia semakin relevan saat ini. Bagaimana tidak? Baru-baru ini pemerintah mengemis ke Bank Pembangunan Asia untuk meminta pinjaman. TKI di luar negeri pun semakin terinjak-injak harga dirinya. Anggota dewan terhormat tak lagi malu untuk korupsi berjamaah. Harga bahan pokok melesat sampai ke titik tertinggi. "Bagai ayam mati di lumbung padi".

Bahkan kabar terbaru, pemerintah siap mencekik rakyatnya dengan kenaikan harga BBM sampai 30%. Seharusnya kenaikan harga minyak dunia menjadi barokah bagi negara produsen minyak. Data BPS, orang miskin di Indonesia mencapai 36,8 juta (16,8%) dan diprediksi bertambah 8,55% (15,68 Juta) jika BBM jadi naik (data LKRPE).

Kawan…apakah kita terus diam, diam berarti sebuah tikaman atas amanah reformasi. Satu suara lantang mahasiswa adalah seratus ribu jeritan rakyat. Biarkan kami perjuangkan keadilan menuju bangsa yang makmur dan sejahtera.

Cukuplah darah Elang Mulya Lesmana, Hendrawan Sie, Hafhidin Royan, Hery Hartanto menjadi pelumas perjuangan mahasiswa membela keadilan rakyat. Cukuplah Semanggi dan Trisakti jadi saksi mata tumpahnya darah mahasiswa. Kami adalah saksi, pelaku dan pengukir sejarah. Di tangan kami tergenggam sebuah amanah. Bukan hanya menuntut ilmu, lulus, bekerja dan memperkaya diri. Tapi saksikan di sekeliling kami, rakyat yang ikut mensubsidi biaya kuliah kami. Mereka saat ini sedang butuh pertolongan. Apakah kami masih peduli?.

Bangkitlah Indonesia…Jangan Sirnakan Harapan Untuk Bangkit…
Dikutip dari berbagai sumber

penulis
Bahtiar Rifai Septiansyah
Mahasiswa Teknik Perkapalan

Berita Terkait