ITS News

Jumat, 27 September 2024
10 Mei 2008, 10:05

Sisipi Edukasi, Game Maker ITS Rebut Juara

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Perheletan digelar di Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang 19-21 April lalu. Dua game yang menjuarai lomba ini yaitu RPG Math Battle Online oleh Hadziq Fabroyir, Arie Affianto dan Rindra Parama; serta Blobby Word oleh M Wahyu Kuswantoro dan Rizki Ramadhan.

Festival Game Edukasi dan Animasi Indonesia 2008 yang diselenggarakan oleh Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Departemen Pendidikan Nasional, mencoba mencitrakan belajar asyik dengan sambil bermain. Itulah juga yang menjadi latar belakang Hadziq Fabroyir beserta rekan-rekan timnya mengusung Game RPG Math Battle Online. Hadziq menjelaskan game yang telah mulai dirancang selama tiga bulan sebelum festival tidaklah ada muatan edukasinya melainkan game RPG biasa.

Lanjutnya setelah ada rekomendasi dari seorang dosen, Imam Kuswardayan SKom yang menyarankan agar mengikutkan game tersebut pada acara FGEAI 2008. "Tiga hari sebelum lomba kita baru mempoles ulang game ini, baru kita masukkan unsur edukasi dan menghilangkan beberapa konten yang sebelumnya," ujar Mahasiswa Beprestasi ITS 2007 ini. Game RPG Math Battle Online sendiri merupakan game yang menitikberatkan pada kecepatan berhitung dan rumusan perhitungan sederhana lainnya dalam Matematika.

Hadziq juga menambahkan, yang membedakan game RPG Math Battle Online dengan game kontestan lainnya adalah sistem bermain game ini yang secara online selain unggul secara grafis dan interface."Dari semua kontestan yang ada, hanya game ini yang dapat dimainkan secara online, selain tentunya memiliki unsur edukasi," terang Hadziq. Mungkin itu juga yang menjadi penilaian plus dari tim Juri, lanjut Hadziq. Selain itu tentunya ada katagori yang diberikan oleh BPKLN Diknas antara lain, interface game, networking, artificial inteligence, serta budaya lokal.

Menurut Hadziq, game RPG Math Battle Online masih perlu dikembangkan, makanya game ini tidak diikutkan pada katagori mahasiswa yang apabila juara lisensi dari game diambil oleh Diknas. "Saya kedepan masih ingin mengembangkannya, terutama dari unsur artificial inteligence yang masih kurang," ungkap mahasiswa asal Malang ini. Lalu, imbuh Hadziq, yang dimaksudkan dengan artificial inteligence adalah kecerdasan buatan, seperti adanya karakter musuh yang dikendalikan oleh komputer. Pada poin inilah mungkin yang masih menjadi kekurangan game RPG Math Battle Online.

Selain mengikuti lomba dengan katagori umum game edukasi, Hadziq juga mengikuti perlombaan game mobile. Game Mobile sendiri adalah game aplikasi Hp (Handphone) yang juga mengambil tema yang sama yakni game edukasi untuk pembelajaraan Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Seni Budaya. Hadziq mengungkapkan pada kompetisi ini, game yang berjudul Prahara ciptaannya ini menduduki peringkat tiga besar. "Di game ini diambil Culture Bali dan Jawa, dan termasuk game advanture yang bersetting Arca serta tokoh-tokohnya pun berasal dari lokal seperti Leak dan Buto Ijo," tandas mahasiswa yang mengaku gamer ini.

Bermain Kata Lewat Suara
Lain halnya dengan M Wahyu Kuswantoro yang mengaku bukan seorang gamer. Namun bukan berarti Wahyu tidak mampu menciptakan sebuah game bermutu, Blobby Word merupakan hasil karyanya beserta tim yang meraih juara 3 pada PGEAI tahun ini. Blobby Word sendiri, menurut Wahyu adalah permainan kata-kata, tetapi yang berbeda adalah dengan kontrolnya yang menggunakan suara."Dengan memakai mix baru kita bisa menjalankan game ini, seperti misalnya konten new player maka kita harus mengucapkan new player untuk menjalankan perintahnya tanpa ada penggunaan keyboard," jelas mahasiswa kelahiran 15 Januari 1987 ini.

Lanjutnya, game buatannya mengangkat kasus pengucapaan dalam Bahasa Inggris yang baik dan benar. " Intinya kita mengucapakan beberapa suku kata yang melintas di game ini dengan benar. Tentunya pada level tertentu maka kecepatan lintasan kata-kata akan semakin cepat dan lebih kompleks," terang mahasiswa asal Kediri ini. Dalam game ini , lanjutnya, masih banyak kekurangan yakni belum mampunyai interface engine menyeleksi suara yang masuk adalah sebagai suara player atau hanya noise.

Kedepannya para game makers ini berkeyakinan kalau game edukasi akan berkembang pesat dan menjadi lebih prospek." Kita kalau main game edukasi pasti nggak sadar kalau kita juga sebenarnya belajar, dan itu kita lakukan dengan asyik tanpa membosankan," ungkap Hadziq sambil memperlihatkan game RPG Math Battle Online. Selian itu, Hadziq juga berencana akan mengkomersilkan game ini, tetapi juga memperhatikan dan men-support pendidikan Indonesia lewat game eduksi dengan memberikan free game.

Perihal akan digelarnya Festival Game Edukasi dan Animasi Indonesia 2008 putaran ketiga di ITS tanggal 19 Mei hingga 23 Mei nanti, Hadziq berniat mengikuti festival ini lagi walau tanpa target juara."Saya berniat ikut lagi tentunya dengan game yang berbeda, muatan edukasi yang ditampilkan juga berbeda tidak lagi matematika," katanya. Hadziq menambahkan, selain ikut meramaikan FGEAI 2008 putaran ketiga, dia beserta tim akan mencoba mengenalkan game RPG Math Battle Online yang tentunya dengan tampilan yang berbeda pada FGEAI 2008 putaran kedua. (fn/th@)

Berita Terkait