ITS News

Jumat, 27 September 2024
01 Juni 2008, 12:06

IKA ITS Tolak Ketergantungan Pada BBM

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ketiganya sepakat masyarakat tidak bisa bergantung pada BBM. ”Solusinya ya energi alternatif seperti biofuel,” terang Dr Bambang Sudarmanto. Pakar energi alternatif ITS ini mengungkapkan ITS sudah sejak 1997 menjalin kerjasama dengan Madiun sebagai pusat percontohan biodiesel.

Biodiesel yang terbuat dari minyak jarak ini bukan tanpa hambatan. ”Terus terang kami kekurangan bahan baku,” lanjutnya. Padahal, pada saat proyek itu dimulai, lahan seluas 200 hektar masing-masing di dua desa. Hasilnya, justru biji jarak yang sedianya digunakan untuk bahan baku pembuatan minyak jarak ini langsung dijual tanpa diolah. ”Ini karena biodiesel juga kurang populer di pasaran. Lagipula kalau dijual seharga BBM, pembuat biodiesel hanya mendapat seribu rupiah saja,” tambahnya.

Tidak berhasilnya penerapan biofuel ini langsung ditanggapi oleh Direktur PT Semen Gresik Dwi Sutjipto. Menurut Dwi, sebagai kampus berbasis teknologi, sudah saatnya ITS tidak hanya berhenti pada riset. Namun lebih mengembangkan teknologi yang aplikatif dan dapat langsung diterapkan. ”Jangan mikir yang jauh-jauh. Coba saja buat bahan alternatif yang menghasilkan kalori setara dengan batubara namun harganya dibawah batubara. Saya jamin pasti laku keras,” ujarnya.

Sebab, imbuh Dwi, kenaikan harga BBM ini tidak hanya dirasakan oleh masyakarat umum. Industri besar seperti PT Semen Gresik pun juga mengalami imbas yang tak kalah besar dari kenaikan harga BBM ini. “Justru kami ini industri yang padat energi,” tuturnya dihadapan mahasiswa dan anggota IKA ITS. Menurutnya, harga minyak yang semakin melambung membuat PT Semen Gresik mengkonversi kebutuhan BBM ke batubara. Namun, langkah ini tetap tidak dapat menyelesaikan permasalahan kebutuhan energi secara keseluruhan. Sebab, harga batubara pun saat ini juga mengalami kenaikan.
”Mulai tahun 2007 batubara sudah mulai naik. 2008 ini malah melonjak tajam,” terang Dwi. Salah satu penyebab pelonjakan harga batubara ini adalah faktor regulasi pemerintah. ”Saat ini tidak ada kebijakan pemerintah yang mantap tentang energi,” lanjutnya. Ditambah lagi, kebijakan harga BBM juga tidak berpihak pada industri besar. Industri daya beli BBMnya jauh lebih banyak dari masyakarat umum justru dipatok dengan harga yang lebih mahal. ”Ini kebalikan dari negara-negara lainnya. Jika begini, kapan industri Indonesia bakal besar,” ujarnya.

Karenanya, jika memang bahan bakar alternatif ini mampu menggantikan batubara dengan ongkos yang lebih sedikit bisa dijamin industri besar akan melirik. Dwi mengakui efiesiensi penggunaan energi ini mempunyai efek yang sangat besar bagi idnustri besar. ”Penghematan 0,0 sekian persen saja hasilnya sudah luar biasa. Bahkan bisa melebihi dari penghematan di sektor SDM. Karyawan tidak boleh lembur itu paling hanya sedikits ekali imbasnya, beda jika efisiensi energi,” tambahnya.

Penerapan Efisiensi Bahan Bakar
Langkah ini sudah diterapkan di PT Semen Gresik Grup. Setelah melakukan efisiensi secara terpadu, dalam tiga tahun terakhir ini keuntungannya melaju tiga kali lipat.
Efisiensi ini juga mendapat dukungan dari Dr Dradjad Wibowo. Anggota Komisi XI DPR RI ini membenadingkan cara penanganan utang Indonesia dengan beberapa negara lain. ”Utang kita sudah 39 kali dari tinggalan utang setelah pak Karno meninggal,” terang Drajad.

Setiap kali membutuhkan utang, Indonesia lebih memilih untuk menerbitkan obligasi. Sehingga, jumlah obligasi yang semula nol kini menjadi sangat banyak. ”Dan obligasinya tidak ada yang beli karena terlalu banyak,” lanjutnya. Pengamat ekonomi ini menyatakan Indonesia sangat tunduk kepada IMF sebagai pemberi utangan. Salah satu syaratnya, ketika subsidi dikurangi ketika harga naik.

”Seperti sekarang ini, ketika harga BBM diperkirakan naik, subsidi sudah dikurangi. Ini sebenarnya lucu, seperti saya harus mengurangi uang saku anak saya jika mau mendapat utangan,” paparnya. Banyak contoh negara yang dapat terbebas dri jeratan utang. "Cara-cara penanganan utang ini yang dapat dicontoh oleh negara kita," komentar Drajad. (humas/th@)

Berita Terkait