ITS News

Kamis, 14 November 2024
19 Juni 2008, 15:06

Hidup dari Isu ke Isu

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tragedi 1 Mei oleh Front Pembela Islam (FPI) menjadi pengubur berita kenaikan harga BBM. Peristiwa pemukulanlah yang telah meredakan berbagai aksi penolakan kenaikan harga BBM. Pro dan kontra bersaut-saut. FPI dibela. FPI dihujat. Berbagai perguruan silat di bawah GP Anshor pun siap mati untuk membubarkan FPI. Habieb Rizieq ditangkap. Munarman pun menyerahkan diri setelah beberapa hari buron, tentunya setelah keluarnya SKB tiga menteri tentang status Ahmadiyah.

Isu baru muncul lagi. Entah bagaimana nasib para petinggi FPI yang telah ditangkap tak ada yang peduli. Ada berita baru yang lebih seru. SKB tidak menyelesaikan masalah. SKB tidak membubarkan, tapi hanya membekukan Ahmadiyah. Pemerintah tidak tegas. Protes pun kembali ke permukaan. Aksi turun ke jalan bergairah lagi. Pemerintah diminta tegas. Ahmadiyah harus dibubarkan.

Lagi-lagi berita itu perlahan hilang. Sidang kasus penyuapan yang dilakukan Artalyta Suryani lebih mampu membuat geger bangsa. Betapa tidak. Kejaksaan telah mencederai kepercayaan publik. Dari rekaman percakapan telepon, beberapa orang kejaksaan ikut terlibat. Tidak satu dua! Tapi beberapa. Nama Antasari Azhar dan Adnan buyung Nasution pun tersebut, sekelebat dalam rekaman itu. Sampai sekarang belum jelas bagaimana kasus ini akan berakhir. Belakangan, semakin melebar pada konflik KPK dan Kejaksaan Agung.

Kita lihat saja apa lagi yang akan terjadi selanjutnya….

Jangan lupa! Berita-berita kecil tak kalah meramaikan isu-isu bangsa. Mulai dari fenomena tokoh politik yang ramai mengiklankan diri. Konflik antara Abdul Gafur versus Thaib Armaiyn di Maluku Utara. Blue Energinya Joko Suprapto. Peristiwa kecelakaan yang melibatkan Ambulan dan Honda Jazz yang di dalamnya terdapat Nuri Shaden. Ancaman Golput dari gusdur. Aksi kekerasan di STIP dan Gank Nero. Sampai tangisan para siswa yang tidak lulus Unas tahun ini. Mereka semua masih setia menemani para isu utama bangsa ini.

Di daerah pun tak mau kalah. Kemiskinan masih menjadi primadona berita. Baik sebagai bahan informasi belaka ataupun objek tindakan yang diberitakan. Kekeringan melanda beberapa daerah. Kesulitan air bersih masih terjadi. Warga Nusa Tenggara masih ada yang kekurangan gizi. Pembalakan liar yang kian merajalela. Mangrove yang akan habis sepuluh tahun lagi. Keluhan para petani tebu. Juga tuntutan buruh untuk menaikkan upah. Terakhir, Susilo Bambang Yudhoyono pun asyik bernostalgia dalam Latihan Gabungan TNI di Kalimantan Timur.

Kondisi Lumpur Lapindo, nasib para korbannya, serta kelanjutan penanganannya pun terasa kadaluarsa. Jangan pula menanyakan kelanjutan kasus Munir. Bisa-bisa dikata orang ketinggalan berita. Apalagi peristiwa Semanggi I dan II juga Atmajaya yang entah sudah sampai mana wartanya. Lebih-lebih mengharap gambar penambangan Freeport yang awalnya gunung jadi lubang menganga.

Ada yang bilang semuanya merupakan skenario besar bangsa ini. Kitalah penontonnya. Media kameramennya. Lantas siapa sutradara dan penulis skenarionya? Entahlah. Toh berita terkait aksi Portugal menghajar Rep Ceko lebih asyik kita simak. Isu kehebatan Belanda ternyata membuat kita lebih takjub. Dan kita lebih dapat menangis saat langkah Prancis harus terhenti.

penulis
Emal Zain MTB
Jurnalis ITS online

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Hidup dari Isu ke Isu