Tak ada alasan khusus mengapa mahasiswa yang memiliki nama lengkap Resti Afiadinie ini ikut kompetisi ilmiah Mawapres. Ia hanya ingin menghilangkan kesan mahasiswa study oriented di jurusannya, Teknik Kimia.

Diungkapkan oleh Resti, sebenarnya niat untuk mengikuti kompetisi ilmiah semacam Mawapres telah tumbuh sejak awal menjadi mahasiswa. Ia berkeinginan untuk bisa memberikan sesuatu untuk almamater. "Saya merasa sudah banyak berhutang ilmu kepada almamater. Meski kita tak bisa memungkiri bila masih punya kekurangan,” ungkap dara asal Lamongan ini.

Resti juga menuturkan sedikit dilema yang dihadapinya saat mengikuti pemilihan mawapres tingkat ITS. Ia sempat kesulitan mengatur waktu karena pada saat yang sama dirinya mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM). Ditambah lagi dengan aktivitas di bidang lain yang juga banyak pekerjaan. "Tapi itu menjadi tantangan tersendiri. Kata orang, jika kita sudah punya pilihan maka kita harus siap dengan segala resiko. Aku mencoba saja, siapa tahu bisa,” tutur mahasiswi yang memiliki hobi wista kuliner ini.

Tak hanya berprestasi dari sisi akademis saja, Resti juga aktif di beberapa organisasi baik ekstra maupun intra kampus. Alumnus SMA Negeri 2 Lamongan ini pernah tercatat sebagai Staf Hubungan Masyarakat Kajian Islam Nurul Ilmi Teknik Kimia FTI ITS, Pemandu Pelatihan Keilmiahan Tingkat ITS, Staf Departemen Akademik dan Profesi Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEKK) FTI ITS, dan Ketua Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Karang Taruna Remaja di desanya. Saat ini, putri pasangan dari Ponidjan Tedjo Juwono dan Sri Yayuk Ariningsih tersebut menjabat sebagai Kepala Departemen Riset dan Teknologi HIMATEKK.

Dalam waktu dekat ini, Resti akan mewakili ITS untuk mawapres tingkat nasional.
”Untuk persiapan, saya tengah melengkapi berkas administrasinya. Selain itu, karya tulis juga direvisi dengan menambahkan saran yang disampaikan juri saat presentasi. Mohon doanya semoga bisa lolos,” pinta Resti.

Adapun tema karya ilmiah yang akan diusung Resti saat mewakili ITS ke tingkat nasional adalah pertanian. “Untuk karya tulis kali ini, saya memodifikasi karya tulis yang pernah saya buat sebelumnya. Saya berimprovisasi dengan mempertimbangkan berbagai saran yang pernah saya terima sehingga menutup kekurangan konsep yang diajukan sebelumnya,” jelasnya. (st/f@y)