ITS News

Jumat, 27 September 2024
31 Juli 2008, 21:07

Sorot Pengembangan Infrastruktur Kota di Seminar Nasional

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mantan Kepala Dinas Pertamanan yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini mengawali presentasi dengan memaparkan master plan pembuatan box culvert untuk mengatasi kemacetan di Surabaya. "Selama ini kemacetan di Surabaya selalu terganjal masalah pembebasan lahan. Dengan box culvert, kapasitas jaringan jalan di Surabaya dapat ditingkatkan dengan seminimal mungkin pembebasan lahan," tutur Risma.

Wanita kelahiran Kediri ini juga sempat menyinggung tentang insinyur yang seringkali tidak bicara sosial. "Setelah membangun, selesai," sebutnya. Menurut Risma sebisa mungkin hal ini akan dihindari oleh pihaknya dalam membangun kota Surabaya. Ia mengambil contoh dalam membangun sesuatu pihaknya sebisa mungkin tidak mengusir pedagang kaki lima (PKL) yang berada di kawasan tersebut.

Lebih lanjut, Risma juga memaparkan tentang rencana pengembangan infrastruktur kota Surabaya yang mencakup pengembangan berbagai kawasan. Misalnya, kawasan perumahan, industri, perdagangan, wisata, kawasan lindung dan sistem pematusan. "Sistem pematusan ini sendiri adalah masalah drainase kota Surabaya yang tak lepas dari pasang surut air laut. Untuk mengakalinya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan melakukan Manajemen Air ," jelas wanita berjilbab ini.

Mantan Dirut Berbicara

Di sesi pertama, Prof Ir Hisjam MSc PhD yang mewakili Dirjen Dikti lebih menitik beratkan pada pembangunan infrastruktur dan perguruan tinggi. Guru Besar Teknik Sipil UGM ini menyoroti soal pembangunan jalan raya di Indonesia yang sangat tertinggal jauh dengan negara-negara lain. “pada tahun 1995 panjang jalan raya kita dengan Cina sama. Namun pada 2005 kita hanya seperenamnya Cina,”sebutnya.

Padahal, imbuh Hisjam, infrastruktur seperti jalan inilah yang berdampak besar pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ia bahkan menyitir sebuah sebuah kajian yang dimuat di sebuah harian nasional bahwa setiap pembangunan seratus kilometer jalan tol akan memberikan tambahan 0,20 persen produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia serta menciptakan paling tidak 69.000 lapangan kerja baru.

Hisjam juga menyoroti soal pentingnya sertifikasi bagi lulusan perguruan tinggi. Kedepannya, menurut Hisjam ijazah saja tidak cukup. Namun diperlukan sertifikasi dari lembaga profesional untuk menjamin kinerja lulusan tersebut.

Sementara itu, Ir M Saiful Imam MM, mantan Dirut PT Adhikarya, memilih tema yang agak unik. Dari pada menyoroti dari sisi teknik, pria yang pensiun sebulan lalu ini lebih memilih membahas tentang Inovasi Birokrasi dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur.

Dalam presentasinya, Imam menyampaikan kendala-kendala baik dari pihak swasta maupun pemerintah yang menghambat laju pembangunan infrastruktur. Contohnya, pemerintah terkadang cenderung curiga pada investor. “Belum-belum sudah berpikir bahwa investor itu mau mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Coba jika dilihat dari sisi kemudahan, apa saja yang bisa didapat pemerintah nantinya,” tutur Imam. Alumni ITS ini juga menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah dengan swasta demi mendukung percepatan pembangunan infrastruktur. (tyz/f@y)

Berita Terkait