ITS News

Kamis, 14 November 2024
24 Agustus 2008, 11:08

Keteladanan, Kunci Kaderisasi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Nah, pertanyaan itu kini baru saya temukan jawabannya. Baru saat saya menginjak tahun ke tiga, agak telat memang tapi saya harap landasan berpikir saya benar. Organisasi sama dengan membangun sebuah “keluarga”.

Para fungsionarisnya sudah berjanji tetap menjaga eksistensi organisasinya. mengucapkan komitmen setia akan terus berbakti pada almamater sehidup semati. Namun mereka sadar, tak mungkin bisa hidup lama dan keturunan penerus pun sangat dinanti.

Amanah dari Allah pun datang bulan ini. Melalui proses panjang terpilih 5.060 mahasiswa baru yang sangat diharap menjadi penerus. Nah, disini yang menarik. Sebelum kedatangan mereka para mahasiswa lama pun sibuk bak kakak yang akan menunggu kelahiran adik pertama, senangnya bukan main.

Saya lihat itu, di plasa dr Angka beberapa waktu lalu. Mereka menunggu tak sabar, ingin melihat wajah sang adik. Harapannya pun dibumbungkan setinggi langit, berharap sang adik mau berjuang dan belajar bersama, di Ormawa tercinta.

Sebelum itu, mereka sudah pontang panting membuat acara penyambutan, Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) namanya. Ajaran dan ajakan mulia dirancang seksama. “Maba kita harus solid, harus berani,” Ungkap sang Sterring Comitte (SC) ke pada elemen panitianya

Hingga hari OMB itu datang, tugas yang di berikan pun bermacam-macam bentuknya. Dengan harapan hal itu bisa membuat sang adik segera beradaptasi di dunia kampus yang mereka citrakan berat ( atau memang berat beneran). “Kuliah itu berat, tugas seperti ini biasa,” nasehatnya pada sang adik yang kuyuh, habis bergadang sampai pagi dengan tugas-tugas dari sang kakak.

Selain itu, Latihan yang lainnya lebih berat lagi. Mereka diprovokasi, diuji solidaritasnya, Dipecah belah, mungkin tekniknya mirip politik adu domba belanda Devide at impera. Disini sang SC melihat benar mana maba tak solid yang hanya memikirkan diri sendiri saja.

Waktu pun berlalu, OMB tiga hari selesai. Sang maba memulai hidupnya di kampus, belajar berjalan sesuai dengan petuah sang kakak, harus solid, kuat begadang, dan disiplin mengumpulkan tugas.

Pelajaran OMB, Insya Allah benar-benar tertanam pada mereka. Tapi disini masalahnya adalah Mereka tetap melihat sang kakak yang dijadikan panutan seperti saat OMB.

Jika kakak (mahasiswa lama, Red) mereka tiba-tiba berubah, tak setegas, tak tepat waktu seperti saat bangun pagi-pagi seperti di OMB maka sang mahasiswa lama menurut saya hanya memberi keteladanan semu yang hanya berlangsung empat hari. Maka kesimpulannya semua sama saja bohong, OMB tak ada gunanya.

Jujur saja salut dua jempol buat para Steering Committee (SC), Organizational Committee (OC), Instructor Committee (IC) di OMB yang rela memangkas waktu liburannya demi menyambut adik tercinta, mengajarinya dengan hal mulia.

Namun, perlu diingat proses kaderisasi OMB ini sendiri baiknya juga dijadikan ajang introspeksi diri. Seberapa besar keteladanan yang bisa kita berikan agar Ormawa tak hanya sebagai organisasi semu tapi keluarga tempat pembelajaran. Adik-adik anda sudah terlanjur melihat anda sebagai sosok yang tegas, tepat waktu jadi berusaha lah tetap demikian. Insya Allah, keluarga mahasiswa yang sakinah akan mulai dibentuk setelah OMB ini dengan keteladanan yang benar tentunya.

Semoga Keluarga Mahasiswa ITS tetap jaya, Amien.

Januar Indra Yudhatama

Mahasiswa Biologi ITS
Jurnalis ITS Online

Berita Terkait