ITS News

Sabtu, 28 September 2024
10 September 2008, 21:09

Imam Robandi, Jadi Gubes Setelah Amati Hewan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Fokus karyanya sebenarnya terletak pada perbaikan variabel listrik melalui kendali pintar dan strategi optimal. Semuanya bermula dari penggunaan listrik yang tidak benar pada masyarakat, baik itu masyarakat rumah tangga maupun masyarakat industri. Salahnya penggunaan ini dapat menyebabkan ketidakstabilan dan kecatatan gelombang. Kegagalan sistem tersebut ternyata sudah tak terhitung jumlahnya.

Imam Robandi menjelaskan, banyak hal yang tidak disadari ternyata dapat merusak kestabilan dan kecacatan gelombang. “Industri yang sering on-off, peralatan elektronik rumah tangga, dan beberapa lampu hemat energi merupakan peralatan yang bisa merusak sistem tersebut,” ujar dosen Teknik Elektro yang juga seorang dalang ini.

Ketidakstabilan yang terjadi dapat menyebabkan kerugian daya listrik, kerusakan peralatan, dan dapat pula menyebabkan kepadaman total. Kecacatan gelombang juga dapat mengakibatkan sistem bekerja pada jalan yang salah sehingga terjadi kerugian energi yang besar. “Inilah yang membuat panas lebih pada peralatan,” ungkap Imam.

Dengan demikian, butuh solusi agar yang tidak stabil menjadi stabil serta energi tetap hemat namun tidak cacat. Ayah lima anak ini mengungkapkan, ringkasnya energi listrik harus terjaga keselalu-adaannya (lumintu), kestabilannya, dan ketidakcatatannya. “Saat ini, tanpa listrik maka kita akan lumpuh, maka untuk pelayanan yang baik, kontrolnya juga harus baik,” jelas putra Gombong Jawa Tengah ini.

Ketidakstabilan tersebut, Imam coba atasi dengan sistem Kendali Pintar. Dalam hal ini dapat menggunakan Lojik Samar, Neocognitron, sistem kendali kekebalan tubuh, dan algoritma genetika. Hal yang menarik terdapat pada algoritma genetika, dimana terdapat inspirational story dari populasi kijang. Yaitu, tingkah kawin kijang dimana kijang yang berlari cepat tapi bodoh dan kijang yang lamban tapi cerdas akan saling mencari sehingga nantinya dilahirkan keturunan kijang cepat dan cerdas. “Parameter seperti inilah yang coba ditransfer, semisal pada resistor, induktor, kapasitor, dan yang lainnya,” pungkas Imam yang memiliki moto Becoming the Winner ini.

Begitu pula dengan koloni burung dan serangga yang menginspirasi keefektifan dalam sistem. Secara garis besar, hewan-hewan tersebut dapat menggunakan energi secara minimal yang telah digunakan tiap generasi untuk menghasilkan kinerja yang maksimal. “Perilaku variabel listrik identik dengan yang ada pada hewan, sehingga penyelesaiannya secara analogi tidak jauh berbeda,” ungkap Imam lagi.

Saat ini, Imam pun sedang meneliti tetang tingkah polah kumpulan hiu dalam mengepung mangsanya. “Masih banyak hewan lain yang mampu menjadi inspirational story, tinggal menunggu manusia saja untuk belajar pada hewan, inilah keagungan Tuhan,” ungkap Imam. (mtb/f@y).

Berita Terkait