ITS News

Senin, 30 September 2024
03 November 2008, 17:11

Mengkaji Hidup Bersama Mantan Punk

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Acara yang diadakan di Teater A ini diselenggarakan atas kerjasama 4 Lembaga Dakwah Jurusan di ITS, yaitu Geomatic Islamic Study (GIS), Forum Studi Islam Statistika (FORSIS), Kajian Islam Jurusan Matematika (Ibnu Muqlah), dan Chemistry Islamic Study (CIS). Keempat LDJ tersebut sepakat mengadakan acara Ngaji Bareng Mantan Punk dengan menghadirkan mantan punk Aditya Abdurrahman dan motivator pendidikan Bagus Sanyoto

Sebagai orang yang pernah masuk dalam komunitas Punk, Aditya sempat mengalami gejolak batin atas apa yang disebut idealisme sejati. ”Setiap detik terasa ada yang mengganjal dalam hati,” ujarnya sambil matanya menerawang. Akhirnya Pria yang sekarang memimpin buletin Sa’i Newsletter (majalah dakwah, Red) sadar dan keluar dari komunitas itu.

Ia mulai mengenal ideologi ini melalui lingkungannya. Ketika itu memang sedang terjadi gejolak sosial pada saat krisis 1998. ”Dulu kami biasa dengan mudah menggerakkan kaum buruh,” tambahnya.

Kolektif Bunga, komunitas punk Surabaya yang ia geluti, mengadakan pertemuan mingguan. Berbagai tema sosial yang sering menjadi kontroversi dibahas di sana. Sampai suatu saat ia diminta untuk menjadi pembicara dengan tema mengenai eksistensi Tuhan.

Ketika itu ia mengaku bingung karena keluarganya adalah keluarga yang sangat religius. Hal ini pun mempengaruhi jiwanya. Apalagi sang ibu berulang kali menasehatinya untuk meninggalkan komunitas itu. ”Waktu itu saya berdoa supaya tidak dicabut nyawanya ketika menjadi pembicara,” tuturnya.

Akhirnya ia bertekad untuk meninggalkan komunitas itu. Tapi hal itu ia lakukan secara perlahan. Ia mulai menjelaskan kepada teman-temannya bahwa ia sudah menemukan kebenaran yang sempurna. ”Sampai akhirnya saya berpamitan, dan mereka pun rela melepas kepergian saya,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan bahwa aliran atau ideologi punk sendiri muncul di Inggris pada era 70-80’an. Hal itu terjadi karena adanya kekacauan sosial dan pertentangan kelas di sana. Banyak sekali rakyat yang ketika itu ditindas oleh para penguasa. Lalu muncullah ide untuk merebut hak dan kebebasan itu dengan segala cara.

Sehingga pada perkembangannya, Punk sendiri terpecah menjadi dua kelompok. Mereka adalah kelompok yang terpengaruh lewat kebudayaan seperti musik dan fashion. Sedangkan kelompok kedua terpengaruh oleh pemikiran ideologi kebebasan bahkan sampai Komunisme. Ia pun menyangkal anggapan orang yang mengatakan punk itu selalu identik dengan kekerasan dan vandalisme. ”Bahkan Mahatma Gandhi, kita anggap sebagai orang yang paling punk karena ia memperjuangkan dan membela orang yang tertindas,” ungkapnya.

Tinjauan Psikologi
Sebagai pembicara kedua, Bagus Sanyoto yang merupakan alumni Psikologi Unair mengungkapkan hal yang cukup mengkhawatirkan. Menurutnya kini perkembangan punk sudah mulai merasuk pada anak kecil. ”Bahkan anak-anak SD sekarang sudah banyak terpengaruh gaya punk seperti gaya rambut dan asesoris,” ujar Konsultan pendidikan ini.

Menurutnya, gaya hidup punk merupakan gaya hidup yang tidak normal dan cenderung menyalahi kodrat manusia. Ia pun mengutip Al Qur’an surat Al Infithar ayat 6-7. ”Sebenarnya manusia diciptakan secara seimbang, sementara gaya hidup punk benar-benar tidak seimbang,” tambahnya.

Di akhir penjelasannya ia berpesan agar para mahasiswa ITS terus menghidupkan hal-hal yang baik walaupun dalam sekala kecil. Ia pun menambahkan bahwa mahasiswa ITS harus memiliki sifat dasar sebagai manusia yang ilmunya amaliah dan amalnya ilmiah. Maksudnya disini adalah ilmunya harus segera di amalkan ke masyarakat sekitar dan amalnya sesuai dengan basic ITS, yaitu teknologi dan sains.

Bagus mengindikasi bahwa punk jaman sekarang banyak sekali punk modis (bukan punk ideologis, Red) yang hanya mengikuti tren. Menurutnya, hal itu sangatlah wajar mengingat psikologis pemuda yang emosinya kadang bergejolak.

Ia menyarankan bahwa teman-teman seperti itu harus terus didekati jangan ditinggalkan saja. Karena sebenarnya mereka sendiri sedang terombang-ambing dan jiwanya tidak menentu. Bagus pun mengakui bahwa mendekati mereka adalah hal yang sulit mengingat lingkungan dan ideologi mereka sudah mengakar. Tapi dengan seringnya intensitas dan kemampuan komunikasi yang baik serta bertahap, pasti akan ada harapan. ”Yang penting kita telah menyampaikan yang benar, masalah hidayah urusan Allah, Rasulullah saja tidak bisa mengislamkan pamannya,” imbuhnya.

Secara umum, peserta yang hadir sangat puas dengan acara tersebut. "Alhamdulillah pembicaranya keren, penyampainnya menarik, materinya juga sangat bermanfaat, Saya jadi tahu bagaimana orang-orang punk berpikir," ungkap Imroatul Qoniah, peserta dari Jurusan Kimia. (bah/m1_08/mtb).

Berita Terkait