ITS News

Senin, 30 September 2024
05 November 2008, 19:11

Counterclockwise, dari Persahabatan hingga Prestasi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Counterclockwise (CCW), begitulah nama perkumpulan mereka. Mereka
mengaku, mengambil nama itu karena seringkali ingin waktu bergerak
mundur saat sedang dikejar deadline pekerjaan maupun tugas-tugas.
Counterclockwise sendiri berarti berlawanan dengan arah jarum jam.
Saat ditanya tentang awal terbentuknya CCW, Ramadhan yang pernah
menjabat sebagai Kepala Departemen Minat dan Bakat di jurusannya
menjelaskan,“Di Departemen Minat dan Bakat ada Divisi Workshop.
Kebetulan dulu kami berenam gabung di divisi itu. Dari situ kami jadi
sering kumpul-kumpul dan kerja bareng sehingga terbentuklah CCW.”

Melangkah ke geMasTIK 2008

Pada geMasTIK perdana yang diadakan sejak bulan Juli lalu, CCW dibagi
menjadi dua tim, yaitu CCW dan CCW Engine. Kedua tim yang
berturut-turut digawangi oleh Hendrik Setiawan dan Pungky Dwi Sastya
ini harus bersaing dengan sekitar 105 tim lainnya dari 317 perguruan
tinggi untuk masuk ke babak final. Setelah berhasil lolos tahap
seleksi, mereka masih harus bersaing lagi dengan 13 tim lainnya untuk
memperebutkan gelar juara. Namun, langkah mereka menuju final yang
digelar di Institut Teknologi Telkom Bandung bukannya tanpa hambatan.
Mereka sempat terhambat persoalan dana. Tapi tekad mereka yang akhirnya
mengalahkan hambatan itu.
CCW yang beranggotakan Hendrik, Hari dan Ramadhan mengangkat tema
Kontrol Kursi Roda Listrik Berdasarkan Perintah Gerakan Mata
Menggunakan Kamera, sedangkan CCW Engine yang beranggotakan Pungky,
Yanuar dan Dzul mengajukan Estimasi Koordinat Titik Pandang Mata dan
Aplikasinya pada Kontrol Gerak Kamera Pemantau. Pada dasarnya, konsep
yang digunakan kedua tim sama, tapi diterapkan pada objek yang berbeda.
CCW membuat suatu model kursi roda yang dapat dikontrol hanya dengan
gerakan mata dari penggunanya. Contohnya, jika pengguna menoleh ke
kanan, maka kursi roda akan berbelok ke kanan. Hanya saja, sistem ini
tidak digunakan untuk bergerak mundur. Jika pengguna ingin bergerak ke
arah belakang, harus berbalik arah dulu dengan cara manual. “Ini semata
untuk keamanan pengguna, ” jelas Hendrik. Di sisi lain, CCW Engine
membuat suatu prototipe kamera pemantau yang dapat dikontrol oleh arah
pandang mata pengguna. Saat pengguna memandang suatu titik, maka secara
otomatis kamera pemantau bergerak mengikuti titik pandang tersebut.
“Kami mengerjakan proyek ini kurang lebih selama delapan bulan. Kami
kerjakan hardware dulu, baru kemudian softwarenya, “ kata Hari.

Kemenangan Persahabatan

Baik CCW maupun CCW Engine tidak pernah menyangka bahwa mereka akan
berhasil meraih gelar juara, berturut-turut juara tiga dan dua. Menurut
mereka, kemenangan yang mereka raih ini tidak lepas dari usaha, doa,
dan bimbingan dari dosen pembimbing tugas akhir mereka, Ir. Djoko
Purwanto MEng PhD. “Jujur, motivasi kami ikut kompetisi ini karena kami
ingin segera menyelesaikan tugas akhir. Tapi kami sangat bersyukur
karena ternyata bisa membawa nama ITS di kancah nasional, ” ujar Dzul
Fahmy yang pernah menjabat sebagai ketua skater ITS ini.
Yanuar yang juga merupakan peserta PIMNAS ke-XXI Unissula bulan Juli
lalu menambahkan, “Kami bener-bener nggak nyangka kalau kami bisa
menang. Bahkan kami sempat pesimis saat karya kami harus
dipresentasikan di depan semua juri dan penonton untuk sesi tanya
jawab. Tapi untung semua berjalan lancar. ” Lanjutnya, “ Yang jelas,
ini kebanggaan buat kami karena ini merupakan kemenangan persahabatan. ”
“Kami berjuang dari awal sama-sama, dan menang pun ternyata sama-sama… ” tutupnya sambil tersenyum. (m5)

Berita Terkait