ITS News

Senin, 30 September 2024
13 November 2008, 18:11

Iseng-Iseng Berhadiah Ala Cak Surabaya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tidak memiliki pengalaman modelling serta tidak pernah mengikuti kontes-kontes yang serupa tidak menghalangi Prasetyo Muhardadi untuk mengikuti ajang Cak dan Ning. Mendapatkan tantangan dari teman-teman serta restu dan dukungan dari orangtua, mahasiswa yang akrab disapa Pras ini dinobatkan menjadi Cak 2008 menyisihkan 210 peserta lainnya. Acara yang bertemakan Soul of Surabaya ini digelar di Empire Palace pada hari Jumat (7/11) yang lalu.

Pras menjelaskan dirinya mengikuti ajang Cak dan Ning ini tidak pernah ada persiapan, hanya bermodalkan keberanian dan percaya diri aja."Untuk sesi pemotretan, aku sempat mati gaya, bahkan uang pendaftaran aja yang bayarin teman-teman," ungkap mahasiswa kelahiran Surabaya, 14 Juli 1986 ini sembari tertawa. Namun pada grand final, Pras berhasil merebut perhatian juri untuk memilih dirinya menjadi Cak dengan masa kerja hingga 6 bulan kedepan.

Lanjutnya, dalam proses pemilihan harus melewati beberapa tes yang berhubungan dengan pengetahuan kota Surabaya dan Sejarahnya."Untuk menjadi Duta Wisata kita harus mengerti dulu kota Surabaya dan seluk-beluknya, termasuk objek pariwisatanya," terang penggemar semanggi, makanan khas Surabaya ini. Selain itu etika, dan perilaku serta bahasa inggris menjadi poin penting dalam pemilihan ini, tambahnya.

Selama seminggu dalam proses karantina, Pras digembleng mengenai budaya Surabaya, koreografi, cara bersikap, protokoler, dan bahasa Suroboyoan. Bahkan Cara berpakaian pun ada cara dan ketentuan khusu agar terlihat smart dan casual. "Sebelum mengikuti ajang Cak dan Ning, pengetahuan tentang hal ini sama sekali tidak saya ketahui," tandas Mahasiswa yang pernah menjabat sebagai wakil ketua Lembaga Minat dan Bakat (LMB) ITS ini.

Pada malam minat dan bakat, mahasiswa yang bercita-cita ingin menjadi angkatan laut ini menampilkan keahliannya bermain drum. Menurutnya pilihannya untuk bermain drum sangat aneh, mengingat pesaingnya ada yang menampilkan tarian remo. "Saya mahirnya bermain drum, dan belum tentu orang yang bermain drum tidak mengerti akan kebudayaannya," imbuh mahasiswa yang juga pernah menjabat ketua UKM Musik ITS ini.

Sebagai ikon kota Surabaya, Pras bersama teman-teman di paguyuban Cak dan Ning ingin merealisasikan wisata air dan kota lama untuk menarik wisatawan. "Saya dan finalis Cak dan Ning lainnya berkeinginan untuk menghidupan wisata air, disekitar sungai Kalimas," tutur mahasiswa yang juga alumni SMAN 7 Surabaya ini. Pras melanjutkan hal ini mungkin bisa dihidupkan kembali mengingat banyak bangunan kuno dan daerah bendungan di Surabaya.

Mengenai remaja saat ini yang acuh dengan budaya daerah, Pras menjelaskan memang mulai adanya pergesaran kebudayaan. Ia mengira ini diakibatkan kurang kuatnya filter dari budaya asing dan budaya daerah lain."Banyak teman-teman yang sudah mulai bicara loe-gue padahal asalnya dari Jawa Timur," katanya. Untuk itu menurut Pras, dirinya sudah membiasakan untuk melestarikan bahasa suroboyoan jika berbincang dengan teman-temannya, agar budaya ini tetap lestari, tambahnya.(fn/ap) 

Berita Terkait