Ketika ada event Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), ia dan keempat temannya mencari-cari tema yang cocok. Kebetulan juga ketika itu ITS Online menugaskannya meliput pelatihan ilmu Falak di jurusan Fisika ITS.

Di sana dibahas mengenai metode-metode perhitungan dalam menentukan arah kiblat. Langsung tercetus untuk membuat alat elektronik penentu arah kiblat. “Awalnya, kita masih bingung masalah perhitungan matematis ketika diimplementasikan pada alat,” ujar mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2005.

Dengan persamaan trigonometri pendekatan bola, ia memasukkan data-data mengenai titik-titik derajat lintang dan bujur. Setelah itu ia masukkan data (input) tersebut pada chip prosesor untuk kemudian diolah menjadi hasil (output).

Pada awalnya, ia berencana menggunakan teknologi GPS (Global Positioning System, Red). “Karena berhubung deadline PKM telah dekat, sementara alatnya harus dipesan dulu, jadi kita cari yang lebih simple,” tutur pria yang sekarang menjabat Menteri Informasi dan Komunikasi BEM ITS ini. Tapi ia juga tetap berusaha agar alat ini user friendly.

Akhirnya, selain dengan cara memasukkan titik dimana posisi alat itu berada. Ia juga memasukkan database posisi beberapa kota besar di Jawa. Sehingga pengguna tinggal memilih tanpa memasukkan data.

“Pengguna tinggal memilih kota tempat ia berada, alat langsung bekerja dan ketika alat telah menghadap kiblat maka buzzer akan berbunyi,” jelasnya.

Menurutnya, hal itu sudah cukup baik. Ia mencontohkan apabila kita sedang berada di Sidoarjo, kita cukup mengambil dari database kota Surabaya. “Selisih koreksi kemiringan derajatnya juga tidak terlalu besar, jadi tidak begitu berpengaruh,” ungkapnya.

Perjuangannya pun tak sia-sia. Karya ini menjadi wakil ITS dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS XXI) di Semarang, beberapa waktu yang lalu. Walaupun tidak menjadi juara, namun banyak juri yang tertarik dengan karya ini. ”Banyak juri yang memberikan semangat dan saran untuk menyempurnakan alat ini,” imbuhnya.(bah/f@y)