ITS News

Selasa, 01 Oktober 2024
29 November 2008, 19:11

Olimpiade Sains Pertama, Undang SMK Bertaraf Internasional

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Acara yang bertempat di kampus ITS ini terbagi menjadi enam bidang. Keenam bidang tersebut adalah matematika teknologi, matematika nonteknologi, fisika, kimia, biologi, dan pemprograman ICT. Tercatat 564 peserta dari 292 SBI di Indonesia turut meramaikan acara tersebut.

Acara hasil kerjasama antara ITS dan Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan adaptif siswa SMK. Pemilihan SBI sendiri disebabkan SBI sudah memenuhi kriteria standar SMK. “Bahkan, kedepannya kami menginginkan tiap peserta diseleksi oleh provinsi masing-masing,” papar Prof Dr Syafsir Akhlus MSc selaku ketua OSTN 2008. Ia juga berharap agar apresiasi SMK makin kuat pada science. Hasil lomba pun diharapkan dapat membuat pola bagi pendidikan sains di SMK masing-masing.

Tiap sekolah mengirimkan dua peserta. Mereka pun disuguhi berbagai tipe soal matematika dan science. Soal teori terdiri dari soal pilihan, esai, dan isian singkat. Selain teori terdapat juga soal praktek, kecuali bidang matematika. Dalam bidang tersebut, soal praktek diganti dengan problem solving.

Lewat acara ini juga, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen), Prof Dr Suyatno, menetapkan Kota Surabaya sebagai Kota Vokasi. Kota Vokasi yang berarti Surabaya memiliki pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu.

Peserta Curhat Tentang Soal Susah Hingga Sakit
Para peserta mengaku kesulitan dalam mengerjakan soal-soal OSTN. “Soalnya susah-susah, apalagi yang tentang hidrokarbon,” ungkap Sholeh, salah satu peserta SMKN 2 Pati. Ia merupakan peserta OSTN bidang kimia. Lutfi, peserta dari SMKN 1 Kediri membenarkan pernyataan Sholeh.

Tak hanya peserta yang pusing memikirkan soal-soal OSTN. Guru pembimbing mereka pun ikut-ikutan bingung. Berbagai persiapan pun dilakukan oleh para guru pembimbing. Aji misalnya, guru pembimbing dari Kebumen ini harus menggembleng anak didiknya setiap hari. Tak main-main ia pun membimbing hingga sore hari. Yang dibimbingnya pun harus rela sakit karena selalu kehujanan tiap pulang dari bimbingan.

Uniknya, Aji tak kehabisan ide walaupun sekolahnya tidak mempunyai fasilitas yang memadai untuk melakukan bimbingan praktikum. Ia pun membimbing anak didiknya dengan menggambar peralatan laboratorium yang sekiranya diujikan dalam uji praktek.(nrf/han)

Berita Terkait