ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
17 Desember 2008, 19:12

SENTA, Ajak Gali Potensi Laut Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Desakan akan kebutuhan energi dan melimpahnya kekayaan laut Indonesia yang belum terberdayakan membuka mata para ahli. SENTA 2008 yang kebetulan dihelat pun menjadi lahan bagi mereka yang ingin berinovasi. Tak heran bila kemudian SENTA 2008 kebanjiran makalah ilmiah dari para peneliti.

"Tahun ini, SENTA menerima lebih dari 80 materi dari pemakalah mengenai inovasi rekayasa energi," ujar Irfan Syarif Arief ST MT, dosen Teknik Sistem Perkapalan.

Dekan FTK, Prof Dr Ir Djauhar Manfaat MSc PhD mengungkapkan bahwa perhelatan SENTA tahun ini bertujuan untuk melahirkan berbagai inovasi teknologi kelautan. Menurutnya, kekayaan laut Indonesia yang belum sepenuhnya tersentuh hendaknya mampu digali oleh berbagai kalangan. "Untuk menjadi bangsa yang besar jalannya tidak lain adalah dengan memajukan teknologi kelautan," tandasnya.

Penjelasan Djauhar tersebut diperkuat dengan pernyataan Dr Marwansyah Lobo Balia MSc, Asisten Menteri Bidang Lingkungan dan Kewilayahan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Lobo menegaskan, akhir tahun 2030, Indonesia diperkirakan akan mengalami penuruan produksi bahan bakar minyak.

Dijelaskan olehnya, pangsa pasar konsumsi minyak bumi di Indonesia mencapai level 52 persen. "Produksi minyak di Indonesia memang tinggi tapi konsumsinya juga melangit. Hal ini tidak dijumpai di negara maju. Di sana lebih efisien," ujar Lobo. Tak aneh, tambahnya, bila pemerintah hanya menghabiskan uang untuk menutupi subsidi.

Untuk mengatasi masalah ini, lanjut Lobo, dibutuhkan sistem ketahanan energi yang kokoh sehingga bangsa ini bisa mandiri. "Keunggulan ketahanan energi tercapai apabila kita sudah mampu mengurangi konsumi BBM, meningkatkan energi baru terbarukan (EBT), menyediakan energi yang cukup, serta menekan emisi karbondioksida," terangnya.

Mengenai energi baru dan terbarukan, Lobo mengharapkan inovasi bisa dilakukan dari bidang kelautan mengingat potensi kelautan yang sangat besar. "Perairan yang dimiliki Indonesia ssangat besar. Tidak hanya mulai dari atas laut, dalam laut, bahkan bawah laut pun bisa dimanfaatkan untuk energi," katanya.

Hanya saja, imbuh Lobo, pengembangan EBT masih tersandung dengan kendala harga sistem energi yang mahal, daya beli yang masih rendah, dan masih kurangnya perhatian ke arah aplikasi kelautan.

SENTA 2008 juga mendatangkan Zamrisyaf SY dari PT PLN Sumatra Barat yang menemukan pembangkit listrik tenaga gelombang laut sistem bandulan. Zam, mengungkapkan penemuan inovasi terpadu ini didapatkannya secara tidak sengaja. "Ide ini saya dapatkan ketika naik kapal dari Padang menuju Jakarta dalam rangka menjalankan tugas," terang peraih penghargaan Kalpataru ini.

Dalam kondisi ombak yang kuat, goncangan dari kapal juga terasa hingga membunyikan lonceng yang ada di deck kapal, terinspirasi dari hal ini, maka akhirnya sistem ini dinamakan bandulan. "Pemanfaatan gelombang laut sudah bukan barang baru lagi di dunia konservasi energi. Tapi, pemanfaatan hempasan dan gelombang dengan sistem bandulan ini bisa menjadi inovasi," ungkap Zam.

Menurut Zam, jika garis pantai sepanjang Indonesia, dengan pulau yang kurang lebih 17 ribu jumlahnya, diambil 10 persennya saja maka dengan sistem bandulan ini mampu dihasilkan energi listrik 61 giga watt (GW). "Angka ini berbanding jauh dengan yang didapatkan PLN dengan elektrifikasi 100 persen di tahun 2020 yang hanya menghasilkan 41 GW," ujar Peraih penghargaan 100 Inovasi Indonesia 2008 ini.

Zam juga mengajak pihak Fakultas Teknologi Kelautan untuk bersama-sama mengembangkan sistem ini karena masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. "Saya sangat bersyukur bisa hadir disini sehingga bisa ikut mengajak FTK ITS, bersama mengerjakan dan melanjutkan sistem bandulan ini," tuturnya. (fn/f@y)

Berita Terkait