Namun lepas dari semua itu banyak sisi menarik soal global warming. Tak terhitung banyaknya komunitas yang menegaskan dirinya untuk: fight against global warming -atau gampangnya "cinta bumi". Acara menanam pohon pun makin galak dilakukan. Bahkan event sosial berbau menyelamatkan bumi makin menjamur saja dimana-mana. Lebih lucu lagi kutipan seorang artis di salah satu acara yang bertema melawan global warming, artis tersebut berkata kadang acara tersebut didatangi bukan karena datang dari kepedulian terhadap masalah global warming, tetapi hanya i have to be there. Pokoknya saya harus datang! Seolah-olah global warming adalah sebuah tren dan acara-acara demikin merupakan salah satu acara gaulnya. Intinya, ngomongin fight against global warming lagi in. Kalo hari gini nggak ngomongin global warming rasanya nggak update banget gitu loh. Sungguh mengenaskan.
Short Term Trend
Terkadang saya miris melihat beberapa teman yang ribut berkoar-koar soal bahaya global warming, ya memakai pin ‘stop global warming’-lah, ikut milis ‘stop global warming’-lah, pake kaos ‘stop global warming’-lah. Ironisnya semua itu belum terealisasi dalam tindakan nyata. Hemat saya, nggak usah ribut-ributlah. Mungkin teman-teman yang masih pelajar atau mahasiswa belum punya cukup kuasa untuk mengagendakan acara tanam seribu pohon misalnya. Namun kepedulian ini bisa kita mulai dari hal yang sederhana. Misalnya, untuk anak-anak ITS yang kosnya di daerah Keputih, Gebang, atau Perumdos bisa jadi kalau membeli makanan tidak perlu naik motor. Luangkan sedikit waktu untuk jalan. Memang lebih lama tapi toh menyehatkan. Bisa juga pinjam sepeda onthel temannya.
Contoh lain saat membeli alat tulis atau barang dengan ukuran kecil, sebaiknya membawa tas kain dari rumah untuk meminimalisir penggunaan plastik. Kertas bekas ngeprint yang salah dan makalah lama yang tidak terpakai lagi, sisa halaman belakangnya bisa kita manfaatkan untuk coretan. Solusi untuk tiap orang berbeda. Tetapi pada intinya semua bisa berperan. Jika belum bisa melaksanakannya, jangan berkoar-koar dahulu.
AA Gym berkata, mulai dari sekarang, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari diri kita sendiri. Tidak perlu ikutan pusing memikirkan solusi luar biasa, tak perlu pusing membahas isi konferensi lingkungan tingkat dunia, biarkanlah yang berkapasitas mengurusi. Bukannya melarang kita berpikir, tapi jangan sampai hanya karena ribut memikirkan solusi mahadahsyat menghadapi problem ini, kita jadi lalai untuk bergerak. Seperti tahukah Anda kalau kaktus bisa menyerap sinar infra merah? Maka meletakkan satu pot kecil kaktus di sebelah monitor komputer bisa mengurangi radiasi monitor yang berbahaya bagi mata kita. Saya belum tahu korelasinya antara sinar infra merah dengan global warming tetapi esensinya adalah: bahkan hal kecil pun bisa mengubah keadaan.
Jadi kalau ditanya pendapat saya mengenai mereka yang sekedar have to be there, have to say, dan have–have lainnya tanpa landasan benar-benar peduli, mari kita manfaatkan saja. Ngomongin global warming emang keren kok. Pakai kosa kata English pula, intelek bukan? Itung-itung demi berpartisipasi dalam tren atau demi asumsi masyarakat belaka, bisa jadi mereka tak segan-segan untuk menyumbang seribu pohon misalnya. Semua itu hanya untuk satu tujuan yang sederhana: agar kelihatan care pada lingkungan.
Saya sendiri percaya bahwa, sebenarnya mencintai lingkungan dan melawan global warming begitu sederhananya.
Tyzha Inandia
Mahasiswa Desain Komunikasi Visual
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi