ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
16 Januari 2009, 17:01

Agung, Juara Berkat Anak Porong

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Awalnya Agung tidak berharap banyak saat mengikuti workshop yang diadakan oleh LA Lights awal semester lalu. Dalam workshop mengenai film ini, ia hanya berharap untuk menambah pengetahuannya mengenai bidang yang ia sukai.

Tak dinyana dalam workshop tersebut peserta yang hadir diminta membuat sebuah cerita yang nantinya akan diseleksi untuk diwujudkan dalam sebuah film sungguhan. Hati Agung pun kian berbunga ketika dari seribu cerita karya peserta lain, ceritanya termasuk dalam lima besar.

“Lima orang peserta yang lolos kemudian ditantang untuk bekerja dalam satu tim untuk membuat film pendek,” sebut mahasiswa angkatan 2007 ini. Mereka pun berembuk dan memutuskan untuk memilih cerita salah satu dari mereka yang berjudul Anak Porong.

Garis besarnya mengisahkan tentang anak pengungsi lumpur di Porong yang hendak sekolah tetapi sudah tidak memiliki peralatan sekolah lagi. Ketika akhirnya ia memiliki pensil untuk sekolah ternyata sekolahnya telah ditutup untuk pelebaran tanggul. “Hal ini untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa yang dibutuhkan pengungsi Porong tidak melulu bahan makanan, tetapi juga peralatan sekolah agar anak-anak pengungsi tidak tertinggal dalam hal pendidikan,” sebut Agung.

Proses syutingnya menurut Agung dilaksanakan saat bulan puasa lalu. Dua belas hari penuh mereka lewatkan untuk mengambil gambar di area pengungsi. Agung yang bertindak sebagai Penata Artistik bertanggung jawab mulai dari pemilihan angle hingga pemilihan properti.

“Warna betul-betul diperhatikan. Contohnya kita ingin menciptakan suasana suram, jangan sampai tiba-tiba ada properti yang berwarna merah terang. Ini akan menganggu keseluruhan tampilan suasana,” jelasnya. Kerja kerasnya tak sia-sia. Mengungguli film peserta asal Bandung, Jakarta, dan Jogja, timnya yang mewakili Surabaya mendapatkan gelar The Best Movie setelah diputar dalam roadshow di empat kota tersebut. “Puas rasanya,” tutur penghobi fotografi ini.

Menurut mahasiswa kelahiran 30 Mei 1988 ini banyak hal berharga yang ia dapat selama mengikuti kontes indie movie tersebut. Selain memperkaya pengalamannya dalam bidang pembuatan film, ia juga berkesempatan untuk bertemu sineas terkemuka macam John de Rantau. Bersama timnya ia juga berkesempatan untuk menyaksikan Jogjakarta Film Festival dengan biaya sponsor dan berkunjung ke rumah Garin Nugroho di Jogjakarta.

Saat ini Agung dan empat orang rekan setimnya masih solid bernaung dalam sebuah biro film yang mereka dirikan saat proses pembuatan film tersebut, Jancuk Production. Selanjutnya, mahasiswa yang juga pernah mencicipi gelar juara film indie pada Peksiminas XII lalu ini berencana untuk mengikuti kontes serupa yang diselenggarakan salah satu provider seluler nasional. (tyz/mtb)

Berita Terkait