Semeser gasal telah usai, sebagai seorang mahasiswa saat ini adalah momen harap-harap cemas yang cukup mengganggu aktifitas liburan semester. Laporan evaluasi akademik sudah lama menjadi momok bagi para mahasiswa. Akan ada kegembiraan dengan status cum laude yang telah diperoleh namun tidak jarang pula “berita duka†menyengat gempita liburan yang membuat hati tambah suram.
Terlepas dari semua hal tersebut, nasi sudah menjadi bubur. Takdir sudah melangkah sesuai dengan kehendak ikhtiar kita, apapun yang telah berlalu akan lebih bijak jika disikapi dengan evaluasi dan pembenahan untuk hari esok.Tidak ada orang berhasil tanpa kegagalan dalam langkahnya. Susunlah harapan baru, strategi yang lebih efektif dan jangan mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya!
Baru satu bulan tahun 2009 telah kita lalui. Dan tidak ada kata terlambat untuk menyongsong harapan baru di awal tahun dengan segudang mimpi. Menjadi manusia visioner memang sebuah pilihan namun pilihan untuk terwujudnya mimpi tidak terjadi dengan kata “keberuntungan†saja. Sudah saatnya untuk merancang masa depan yang lebih cerah dengan mimpi dan harapan yang luar biasa. Bukankah gagal merencanakan hidup adalah merencanakan kegagalan hidup!
Bicara tentang harapan, tanggal 20 Januari kemarin mata dunia tertuju pada Barack Husein Obama. Sebagai presiden Amerika Serikat dengan status negara super power, Obama akan memegang kendali arah percaturan negaranya khususnya terkait dengan kebijakan luar negeri (terutama timur tengah) dan warisan krisis ekonomi yang sempat membuat perekonomian dunia kolaps. Dengan statusnya sebagai presiden kulit hitam pertama di amerika tentunya Obama mempunyai pandangan dan strategi tersendiri dalam mengatasi setiap persoalan. Dan uniknya, rakyat Indonesia yang pernah menjadi tempat singgah Obama pun turut bersuka cita atas terpilihnya alumnus SD Menteng Jakarta. Tak ketinggalan pula suka cita Negara Kenya yang menjadi tempat “numpang lahirâ€nya presiden Amerika ke-44 tersebut.
Sebenarnya kita (rakyat Indonesia) punya harapan baru yang jauh lebih mempunyai lebih besar daripada sekedar harapan pada Obama. Yup, Pemilu 2009. Pesta rakyat yang diklaim sebagai pesta demokrasi paling akbar di Indonesia tersebut akan menentukan kemana Negara ini akan dibawa oleh presiden terpilih nanti. Beragam iklan dan atribut kampanye telah beredar luas dengan embel-embel janji yang membuat masyarakat manggut-manggut dan semakin bingung menentukan pilihannya. Siapapun yang akan terpilih nanti baik ditingkat DPRD/DPR mapupun presiden terpilih, kita berharap para wakil rakyat tersebut lebih “merakyatâ€. Apalagi ditengah gejolak ekonomi yang semakin membuat rakyat tercekik, lahirnya seorang pemimpin yang “merakyat†menjadi harapan utama. Satu langkah menuju Indonesia yang lebih baik akan kita jalani bersama, akankah sejarah emas Indonesia akan terjadi atau sebaliknya. Semua tergantung oleh kita, karena siapapun pemimpin yang akan memimpin Indonesia kelak, itu adalah konsekuensi dari pilihan kita juga.
Jika para calon wakil rakyat sedang berusaha mewujudkan impiannya menjadi pengayom masyarakat (semoga niatnya begitu), kita juga harus mewujudkan harapan kita. Kualitas suatu Negara itu mutlak ditentukan oleh kualitas rakyatnya, jika kita hanya berharap akan terjadi perubahan pada orang lain, keadaannya bisa digambarkan seperti kondisi saat ini di Negara kita. Perjuangan hanya dilakukan segelintir orang, sedangkan harapan hanya dijunjung setinggi mulut belaka.
Semangat untuk memulai sebuah perubahan seperti menegakkan benang basah karena pekatnya pengaruh lingkungan untuk tetap legowo (menerima keadaan apa adanya,red.) pada diri sendiri dan lingkungannya. Namun apalah artinya impian tanpa aksi? Mengutip salah seorang novelis best seller, Andrea Hirata di dalam bukunya Sang Pemimpi ada penyataan, “What we do in life…Echoes ini eternity! Setiap peristiwa di jagad raya ini adalah potongan mozaik yang akan membentuk dirimu dewasa nanti. Lalu apapun yang kau kerjakan dalam hidup ini akan bergema dalam keabadian.â€
Impian manusia yang tanpa tepi akan membimbingnya pada kedewasaan diri dalam memaknai hidup. Minimnya jatah umur yang diberikan oleh-Nya sudah seharusnya menjadikan kita untuk menghargai waktu. Karena tanggal 1 januari 2009 tidak akan terulang untuk kedua kalinya ,begitu pula dengan kesempatan. Setiap desah nafas kita adalah secercah harapan bagi dunia ini yang oleh WS Rendra divisualisasikan dalam sebuah puisinya :
Kemarin dan esok adalah hari ini
Bencana dan keberuntungan sama saja
Langit di luar dan langit di badan
Bersatu dalam jiwa
Menggantungkan harapan pada orang lain adalah tindakan para pecundang yang takut dengan kegagalan hidup dan karena harapan terbesar umat manusia adalah KITA .
Nur Huda
Mahasiswa Teknik Mesin
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi