ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
09 Februari 2009, 14:02

Meneropong Burung Liar Wonorejo

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Helmy Zulfikar Ulya salah satunya. Mahasiswa asal Universitas Negri Jogjakarta ini memang sudah lama ingin berkunjung ke Wonorejo. “Saya ingin meneliti habitat Cerek Jawa untuk tugas akhir,” jelasnya.

Ia pun ingin mengadakan perbandingan antara satu habitat yang ada di daerah Yogjakarta, Pantai Terisik. “Saya ingin tahu apa sarang Cerek Jawa di sini (wonorejo, Red) sama dengan di Pantai Terisik yang berpasir,” jelas mahasiswa yang tergabung dalam Tim Bionic ini.

Berbeda dengan Helmy, Wulanita punya tanggapan lain. Pengalaman pengamatan burung di wilayah tambak dan vegetasi mangrove ini menjadi momen yang tak biasa. Maklum mahasiswa asal Institut Teknologi Bandung telah terbiasa mengamati burung pegunungan yang ada di daerah Bandung. “Ini pengalaman pertama melihat burung Kirik (salah satu jenis burung air, Red),” jelasnya.

Kedua peserta yang berasal dari Bandung dan Yogjakarta ini sepakat bila pengalaman melakukan pengamatan di Wonorejo sangat mengasikkan. “Suasananya panas dan anginnnya kencang,  ini berbeda dengan pengamatan di gunung,” ujar Wulan. Menanggapi hal itu, Helmy pun punya tanggapan lain. “Burung gunung ternyata lebih mudah diamati dari pada burung air,” jelas mahasiswa yang menganggap sangat sulit membedakan burung jenis Trinil yang ada di Wonorejo.

Dalam perlombaan ini sendiri, dilakukan beberapa metode penilaian. “Intinya peserta mampu mengidentifikasi mana burung air serta mampu mendeskripsikannya melalui gambar,” ujar Ucu Yanuardi, salah satu juri. Peneliti Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia ini juga mengungkapkan bila perlombaan semacam ini diharap mampu meningkatkan pendidikan konservasi.

Menanggapi hal ini, Adi Maruli salah satu juri dari lembaga sosial masyarakat yang berkecimpung dalam konservasi burung liar kutilang juga berharap bila seharusnya Indonesia memiliki lebih banyak peneliti yang fokus dalam dunia ornitologi  atau Ilmu yang mempelajari tentang burung. “Di Indonesia sangat minim sekali peneliti dibidang ini, padahal sangat dibutuhkan data tentang jumlah burung yang masih ada di alam,” ujar peneliti yang telah menghabiskan waktu tiga tahun untuk meneliti burung di kawasan Wonorejo ini.

Dalam perlombaan ini beberapa tim berhasil meraih gelar juara dan memperebutkan tropi Rektor, tropi Walikota, tropi Dekan FMIPA, dan tropi Ketua Prodi Biologi ITS. Juara pertama di raih oleh Copepoda, pengamat dari ITS. Juara kedua diraih oleh pengamat burung dari Universitas Negri Semarang dan juara ketiga diraih oleh pengamat burung dari Malang. (yud/mtb)

Berita Terkait