ITS News

Jumat, 15 November 2024
01 April 2009, 17:04

Semburan Lumpur Sidoarjo, Sebuah Tantangan Riset Multidisiplin

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Perkembangan semburan lumpur Sidoarjo semakin mengkhawatirkan dikarenakan (1) ancaman jebolnya tanggul penahan lumpur yang akan diikuti (2) banjir lumpur, (3) ancaman amblesan yang bertambah luas yang diikuti (4) ancaman semburan gas metan (CH4) yang termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3). Paramater yang dipakai dalam tolok ukur ancaman/bahaya antara lain magnitude/intensitas, frekuensi, luasan dampak dan lamanya dampak berlangsung. Ancaman tersebut akan menimbulkan risiko bencana bila diketahui tingkat kerentanan daerah di sekitarnya.

Kerentanan (vulnerability) merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Tingkat kerentanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila ‘bahaya’ terjadi pada ‘kondisi yang rentan’.

Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari kerentanan fisik (infrastruktur), sosial kependudukan, dan ekonomi. Parameter ancaman dan kerentanan ini akan menentukan besaran risiko dan biasanya disajikan dalam bentuk peta. Dikatakan berisiko tinggi bila ancaman dan kerentanan tinggi, sebaliknya kalau ancaman dan kerentanan kecil maka risikonya kecil juga.

Metodologi penelitian ancaman dan kerentanan dilakukan dengan jalan pengukuran langsung, survei sosial, pemodelan matematik dan statistik, animasi, GIS, fuzzy, dan lain sebagainya. Batas wilayah studi ditentukan berdasarkan hasil pengukuran luasnya amblesan dan sebaran gas metan.

Berdasarkan besaran risiko ini kita bisa membuat rangking risiko yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk mitigasi dan perencanaan di masa yang akan datang agar risiko bisa dikurangi. Seperti misalnya (1) penerapan standar bangunan baku, (2) pengaturan tata ruang berbasis risiko, (3) relokasi/retrofitting, (4) memindahkan bangunan ke daerah aman, (5) memindahkan arah ancaman atau mengeliminasi ancaman. (6) mereduksi atau membatasi ukuran ancaman, (7) memodifikasi karakteristik dasar ancaman, (8) mengendalikan tingkat pelepasan/release ancaman, (9) mengatur sistem pengamanan atau peralatan dari ancaman fisik, (10) penetapan sistem peringatan bahaya dan prosedur komunikasi saat kritis, dan masih banyak lagi.

Bisa jadi ancaman yang muncul tidak bisa dilakukan tindakan apa-apa (given) sehingga untuk mengurangi risiko kita bisa melakukan peningkatan kerentanan fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan. Yaitu dengan jalan (1) membentuk kelompok sadar bencana yang terdiri atas pimpinan, bagian operasional, bagian logistik, bagian finansial; (2) memberi pengetahuan tentang bencana yang terjadi dan yang mungkin akan terjadi, (3) pengenalan kawasan yang berisiko dan tidak; (4) tata cara menghindar, tata cara evakuasi, dan menentukan tempat pengungsian, dan (5) gladi pengungsian.

Adalah sebuah tantangan bagi sivitas akademika ITS untuk melakukan penelitian ancaman dan kerentanan yang terjadi di sekitar semburan lumpur. Penelitian ini merupakan penelitian multidisiplin dan membutuhkan waktu yang lama.

Amien Widodo
amien@ce.its.ac.id
Peneliti Bencana ITS Surabaya

Berita Terkait