ITS News

Selasa, 03 September 2024
10 Mei 2009, 10:05

Musisi Indonesia, Bermusik Separuh Hati

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ucok begitu bersemangat ketika dia menceritakan pengalaman bandnya, AKA Band yang dirintis lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. AKA tercatat sebagai grup rock pertama di Indonesia, praktis Ucok dan teman-temannya yang tergabung di AKA Band dapat diakatakan sebagai perintis musik rock di Indonesia. Mereka adalah legenda rock Indonesia.

Nada Bang Ucok makin meninggi saat dia menceritakan scene rock Surabaya di masa-masa itu. Udara pengap di Studio 88 pun tak dihiraukannya lagi. Dia bercerita tentang masa-masa dimana musisi rock Surabaya menjadi barometer pertumbuhan musik rock di Indonesia. Bang Ucok selalu berkata bahwa rock adalah musik arek Suroboyo!

Namun masa-masa itu sudah lewat. Saat ini scene musik rock Surabaya telah memudar, seiring dengan memudarnya intonasi suara Bang Ucok. Matanya menerawang, membanyangkan ironi scene musik Surabaya yang tergusur dengan hadirnya apa yang dia sebut dengan \’band-band Bandung\’, yang menurut Ucok lebih komersil dan pragmatis.

***
Saat ini memang banyak bermunculan band-band yang mengusung tema seragam, tentunya mereka memiliki satu tujuan, agar musik mereka tidak sulit menembus pasar dan komersil. Mereka datang layaknya bintang jatuh, cepat datang dan perginya pun tak meninggalkan bekas. Seperti pepatah Inggris, "Sesuatu yang cepat datang, maka cepat pula hilangnya".

Band-band ini memiliki tipikal yang sama, ingin cepat tenar, terkenal dengan menyuguhkan lagu-lagu picisan. Memang mudah karena tak lama kemudian mereka dapat menikmati wajah mereka sendiri di puluhan tayangan infotainment di hari yang sama. Dengan sekejap mereka meraih hits pada tangga lagu teratas yang dirilis oleh stasiun televisi musik terkenal. Itu saja tidak cukup, ribuan hippies -pendengar loyal- siap menunggu mereka saat melakuan tour di kota mana saja di negeri ini. Belum lagi keuntungan komersil yang mencapai milyaran dari hasil penjualan album mereka yang ribuan kopi. Yakinlah semua mimpi indah ini menggelayuti pikiran seluruh anak band di Indonesia.

Akhirnya mereka berlomba-lomba menciptakan lagu yang minim makna, syaratnya: pokoknya easy listening bagi label dan masyarakat. Lagu yang minim makna ini tentu saja tercipta dari hati yang separo. Tidak utuh. Separo bagi idealisme dan selebihnya bagi uang yang hanya mau mendekat dengan kompromi sana-sini. Sementara itu terjadi, pemandangan lain kita dapati para musisi idealis yang pontang-panting menghidupi band mereka di jalur indie. Musik indie selalu saja seperti itu, harus mikir untuk hidup esok hari tanpa ada back-up kapital yang kuat dari major label. Boro-boro tour keliling Indonesia, kaset terjual lima buah di distro terpercaya aja susahnya minta ampun.

Namun musisi-musisi independen ini harus tetap ada. Mereka harus tetap hidup dengan idealisasinya. Tidak kaya memang, tetapi kaya itu adanya di hati. Hati mereka merdeka karena mereka bebas berkarya, bebas bersuara. Mereka memandang musik yang mereka usung bukanlah sekedar barang dagangan yang dihargai hak cipta, lebih dari itu lagu merupakan medium yang baik bagi mereka untuk mengaktualisasikan idealisasi mereka tentang realitas sosial.

Bang Ucok sendiri jauh di dalam matanya barharap akan kembalinya scene musik di Surabaya menjadi barometer perkembangan musik di Indonesia. Musik yang benar-benar keluar dari kultur masyarakat yang lugas dan tegas. Masyarakat yang dibentuk dari deru ombak dan sengatan matahari. Jujur dan apa adanya.

***
Semangat Ucok AKA malam itu benar-benar memukau dan menggetarkan. Di usianya yang semakin lanjut dia berujar lantang bahwa akan tetap bermusik hingga ajal menjemput. Mendendangkan lagu dengan beat yang cepat dan lengkingan vokal hingga beberapa oktaf. Di tengah permainan gitar dan drum yang menggebu Ucok melantunkan lagu Paint It, Black dari Deep Purple:

I have to turn my head until my darkness goes
I see a line of cars and they\’re all painted black
With flowers and my love, both never to come back
I see people turn their heads and quickly look away
Like a newborn baby it just happens everyday

Ayos Puwoaji
Penulis adalah mahasiswa Despro

Berita Terkait