ITS News

Kamis, 14 November 2024
04 Juni 2009, 20:06

Festival

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Meski sebagai dua hal yang tidak terkait langsung namun dalam beberapa hal kedua entitas ini –institusi pendidikan dan musik- saling memberikan pengaruh. Beberapa top universities di Indonesia menyadari pengaruh tersebut. Sebut saja Universitas Indonesia yang setiap tahunnya mengadakan even Jazz Goes To Campus (JGTC) yang melegenda, diselenggarakan setiap tahun, puluhan tahun lamanya. Banyak musisi lahir dari even ini, salah satunya Tompi.

Selain itu Universitas Gajah Mada tampaknya juga tidak mau kalah. Setiap tahunnya UGM mengadakan festival UGM Jazz yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi. Selalu dihadiri orang-orang top institut, sekaligus menjadi ajang sosialisasi dengan civitas akademika lainnya. Bahkan setelah menginjak satu dasawarsa penyelenggaraan UGM Jazz, tahun depan UGM berencana untuk membuat festival yang sama sebanyak dua kali dalam setahun.

Meski sebuah kampus teknik tampaknya Institut Teknologi Bandung juga sadar akan pentingnya sebuah pagelaran musik. Setiap tahunnya ITB mengadakan Festival Musik Bambu Nusantara. Acara ini selain meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap musik juga memberikan ruang kepada para seniman untuk melestarikan budaya bangsa.

Berbagai universitas dan institut di luar negeri bahkan sudah menyadari pentingnya sebuah pagelaran seni bagi kehidupan akademik sejak lama. Itu mengapa banyak resital dan konser diselenggarakan di tengah kehidupan kampus. Baik dalam format konser mini maupun dalam bentuk bigband. Pun banyak musisi dan musikolog hebat yang lahir dari kampus teknik semacam MIT.

***
Pemahaman terhadap seni adalah sebuah hal yang krusial bagi setiap orang. Naif jika kita mengatakan bahwa menikmati seni adalah suatu hal yang tidak berguna. Mengapresiasi sebuah karya seni memang tidak akan membuat mati raga, namun mati rasa. Menikmati sebuah karya seni juga tidak serta merta membuat kita sugih bandha, namun dengannya membuat kita berpotensi sugih rasa. Istilahnya Umar Kayam; sugih tanpa bandha.

Saat menghadiri perhelatan Java Jazz tahun ini saya sempat bertemu dengan salah seorang dosen ITS. Ditemani keponakannya ia terlihat asyik mendengarkan permainan jazz rumit dari Mike Stern dan David Wreckl, bahkan hingga larut malam. Keadaan yang sama juga terjadi di Empire Palace saat even Urban Jazz Crossover berlangsung. Tidak sedikit mahasiswa ITS tampak diantara pengunjung yang hadir. Bahkan tampak serombongan anak lab dari sebuah jurusan yang juga datang dan meramaikan suasana. Ada juga beberapa dosen di sebuah jurusan yang bergabung membentuk sebuah band untuk menyalurkan bakat seninya. Ini menjadi bukti bahwa penghuni kampus teknik pun membutuhkan sebuah ruang untuk apresiasi.

Graha ITS sendiri merupakan sebuah tempat yang ideal untuk mengadakan sebuah festival tunggal. Ruangannya yang luas, akustiknya yang lumayan dengan tribun memutar tampaknya memenuhi syarat minimal untuk mengadakan sebuah perhelatan musik yang intelek. Antusiasme mahasiswa ITS pun tidak perlu lagi diragukan, seperti ketika Addie MS dengan Twilite Orchestra hadir beberapa waktu yang lalu, tiket pun sold out. Atau mungkin seperti saat pagelaran Progressive Nite, dimana terlihat beberapa dosen bercengkrama dengan para mahasiswa sembari menikmati alunan progressive rock dari Imanissimo.

***
Sudah saatnya sebuah institusi pendidikan sekelas ITS memiliki sebuah festival musik yang berkelas. Banyak manfaat yang bisa diambil, namun yang utama adalah meningkatkan rasa dan apresiasi mahasiswa terhadap seni. Sehingga tidak mengalami gegar budaya saat nanti menjadi alumni sukses dan harus mengadiri pagelaran sekelas Montreal Jazz Festival, Quartier d’Ete Street Festival, atau festival Rathausplatz Music di Vienna.  

Bahkan jika dikelola dengan baik bukan tidak mungkin akan memberikan keuntungan finansial yang tidak sedikit, nantinya akan sangat bermanfaat untuk pengelolaan dan pengembangan fasilitas yang dimiliki Graha ITS.

Karena apresiasi terhadap seni juga merupakan salah satu tolok ukur untuk menguji intelektualitas seseorang, saya percaya suatu saat ITS akan memiliki festival musik tahunan. Kecuali mayoritas civitas ITS mengamini pernyataan Friedrich Nietzsche; only sick music makes money today. Oh melayu!

Ayos Purwoaji
Mahasiswa Despro ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Festival